Puisi

Sepakbola

Ahad, 29 Oktober 2017 | 06:00 WIB

Oleh Acep Zamzam Noor

Di usianya yang ke-45, lelaki itu menuliskan sejumlah kata
Pada secarik kertas, yang tergantung bimbang
Di rangkaian kembang. “Aku merindukanmu
Seperti merindukan Inne Ratu, dulu
Ketika seluruh langit masih biru"

Saat itu hampir senja, keloneng becak di simpang tiga
Lampu redup sekitar pos ronda, dan sebuah beringin tua
Runtuh di halaman TK. Lelaki itu memandang ke mulut gang
Ke deretan rumah dan madrasah, hingga sebuah kelokan
Yang telah menyembunyikan seseorang

Di usianya yang ke-45, kata-kata yang pernah dirangkainya
Terus bergema di rongga dada, memukul-mukul iga
Di antara batuk dan asma. “Aku mencintaimu
Seperti mencintai Inne Ratu, dulu
Ketika merasa tak ada masalah dengan waktu”

Waktu adalah gelanggang olahraga, nampaknya:
Banyak lapangan, banyak permainan, tapi selalu berujung
Pada kalah dan menang. Kemudian lelaki itu berjalan, sendiri
Ke arah stadion, melewati jalan yang remang
Ia bermain sepakbola melawan sepi

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua