Warta REFLEKSI HARI KEMERDEKAAN

Bangsa yang Beragama Tak Akan Konsumtif

Selasa, 15 Agustus 2006 | 08:43 WIB

Jakarta, NU Online
Budaya konsumtif yang sementara ini menjadi penyakit yang sangat akut di negeri ini adalah sebab warganya tidak menjalankan ajaran agama secara benar. Warga yang taat beragama seharusnya tidak akan dikejar-kejar oleh gemerlap produk-produk baru dari negeri sebrang.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) kepada NU Online di kantor LDNU, Jakarta (15/8), menanggapi fenomena seputar peringatan 61 tahun kemerdekaan Indonesia.

<>

Bagi Kiai Nuril, kemerdekaan adalah ketika tidak ada halangan apapun dalam menjalankan pengabdian kepada Allah SWT. Atau bisa dibaca sebaliknya, keyakinan beragama yang mantap akan membuat seorang hamba menjadi merdeka

“Meredeka berarti bebas melakukan sesuatu tidak karena siapa-siapa, hanya karena Allah semata. Orang yang mantap dalam beragama tidak akan gela-gelo (meragu: Red) dalam melakukan apapun,” kata Kiai Nuril.

Namun demikian, ada sementara orang yang sangat bersemangat dalam beragama akan tetapi kurang begitu menghayati ajaran agamanya. Ketika orang-orang yang dimaksud bergabung dalam sebuah komunitas bernama bangsa, menjadilah bangsa yang tidak benar-benar merdeka dalam berhubungan dengan bangsa lain.

Dikatakan Kiai Nuril, masyarakat dan bangsa Indonesia masih terlalu bergantung kepada bangsa lain. Bangsa Indonesia kurang menghayati ajaran tentang qona’ah sehingga selalu bergantung kepada bangsa lain. Apalagi jika ketergantungan itu justru terkait dengan produk-produk konsumsi yang sesungguhnya remeh dan tidak penting.

“Kita terlalu senang dengan harta dunia, tidak qona’ah. Seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW, orang yang tidak qona’ah akan mencari gunung emas yang kedua, ketiga dan seterusnya, jika dia telah mendapatkan satu gunung emas,” kata Kiai Nuril.

Para pemimpin negeri ini, kata Kiai Nuril, tetap selalu menjadi panutan bagaimana bangsa ini berbuat. “Kalau pemimpinnya dan bahkan tokoh agamanya sudah begitu (konsumtif: Red) ya bagaimana lagi,” kata kiai Nuril.

Dikatakannya, globalisasi tak bisa kita tolak. Hubungan dengan bangsa-bangsa lain dalam segala hal telah terbuka lebar-lebar. Bangsa Indonesia memang membutuhkan negara lain, namun itu tidak berarti harus konsumtif.

“LDNU mengajak, mari kita tingkatkan bakti kepada negara sesuai dengan ajaran agama yang mendalam,” pungkas Kiai Nuril. (nam)