Warta

Diperlukan Kearifan Berpikir Untuk Sikapi Aliran Sesat

Kamis, 27 Oktober 2005 | 03:24 WIB

Kediri, NU Online
Kearifan dan kedewasaan berpikir dari pemerintah dan aparat serta masyarakat sangat diperlukan dalam menyikapi aliran spiritual yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama.

Hal tesebut dikemukakan Pengasuh Pondok Pesantren AL Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jatim Zainuddin Djazuli, Kamis pagi."Memang aliran spiritual yang menyimpang itu tidak bisa ditoleransi oleh agama Islam,"tegasnya.

<>

Apalagi, kata dia jika sampai melakukan penyerangan dan membunuh aparat seperti insiden yang terjadi di Palu. "Tetapi untuk menindaknya tetap harus dengan  sikap dewasa sehingga peristiwa seperti di Palu tidak akan terulang lagi di tempat lain," kata Gus Din yang juga anggota Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdaltul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu.

Gus Din menyatakan bahwa ajaran Mahdi yang berkembang di Palu, Sulawesi Tengah itu ’Sesat’  tanpa harus menunggu fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau vonis dari Departemen Agama (Depag).

Kesesatan ajaran yang diikuti oleh 90 kepala keluarga di Desa Salena, Palu itu, menurut Gus Din, sangat jelas karena mendoktrin pengikutnya bahwa puasa Ramadhan dan shalat lima waktu tidak wajib.

"Padahal secara dogma shalat lima waktu dan puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam, ini tidak bisa ditawar-tawar lagi jika yang bersangkutan tidak dalam keadaan udzur berat," tegasnya.

Oleh sebab itu, ujar dia,  sebenarnya langkah yang ditempuh aparat kepolisian di Palu mendatangi pemimpin aliran tersebut untuk bersedia dimintai keterangan di kepolisian untuk menindak lanjuti respon yang berkembang di masyarakat sudah benar.

Namun sayangnya yang terjadi justru pengikut aliran tersebut melakukan penyerangan sehingga mengakibatkan tiga anggota Polresta Palu tewas dan dua anggota lainnya serta seorang warga sipil disandera.

"Dalam Islam tidak pernah mentoleransi tindak kekerasan dan kejahatan apalagi terhadap aparat penegak hukum," tegasnya.

Namun demikian sangat arif dan bijaksana jika aparat tidak melakukan aksi pembalasan meski ketiga rekan sesama korpsnya tewas oleh tindakan pengikut Mahdi.

Gus Din mengacungkan jempol atas sikap Kepala Polda Sulawesi Tengah Kombes (Pol) Oegroseno yang lebih memilih ’cooling down’ dulu sambil berupaya meminta bantuan tokoh masyarakat setempat untuk mendatangi pemimpin  Mahdi dan pengikut-pengikutnya bersedia memenuhi panggilan polisi.

"Memang sikap ini yang ditunggu-tunggu sehingga penyelesaian aliran sesat tidak menimbulkan permasalahan baru. Sudahlah insiden di Palu tidak perlu disesali tetapi cukup menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak terulang lagi," ujarnya.

Dia juga mengingatkan agar masyarakat lain tidak perlu meniru dan ikut-ikutan mendirikan aliran seperti itu yang baru dan menyesatkan hanya untuk kepentingan sesaat dan sekadar ingin mencari popularitas.(ant/mkf)