Warta INTERNASIONAL

Hari ini H As'ad Said Ali Pidato Perdamaian Afghanistan di Istanbul

Senin, 28 November 2011 | 22:48 WIB

Istambul, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menghadiri konferensi internasional tentang Perdamaian Afghanistan, 29 Nopember hingga 2 Desember 2011 di Istanbul, Turki. Hadir mewakili PBNU Wakil Ketua Umum H As’ad Said Ali dan Katib Syuriyah KH Yahya Staquf.

Konferensi bertajuk The Project for Islamic Cooperation for a Peaceful Future in Afghanistan itu diselenggarakan World Organization for Resource Development and Education (WORDE) yang berkantor di Washington DC.

<>Dalam konferensi ini tokoh-tokoh ulama Afghanistan bertukar pikiran dengan ulama dan cendekiawan Islam dari seluruh dunia untuk menguatkan potensi pemimpin agama dalam melempangkan jalan perdamaian di Afghanistan.

Sekitar 80 ulama Afghanistan akan bergabung dalam Konferensi ini, di samping ulama-ulama internasional seperti Syaikh Hisham Kabbani dari Amerika Serikat, Syaikh Mustafa Ceric dari Bosnia, Seikh Cagrici, seorang Mufti Istanbul.

Menurut rencana, H As’ad Said Ali akan menyampaikan pidato pada hari pertama bersama Ashraf Rasuli (Anggota Parlemen dan Dewan Perdamaian Afghanistan) dan Dr. Ahmad Khaled Babacar  (Sekretaris Jenderal International Islamic Fiqh Academy).

Sementara dalam sesi diskusi round table discussion, H As’ad menjadi pemandu bersama Syaikh Hisyam Kabbani dalam tajuk Misinterpretation and misuse of Islamic teachings.

Pada sesi dikusi bertajuk Islamic perspectives on the protection of human dignity during political and social crisis KH Yahya Statquf menjadi host bersama Sheikh Bakhtyar Haider Pirzada.

Konferensi serupa telah diselenggarakan oleh PBNU bertajuk “Consultation forum for Peace in Afghanistan” pada 18-19Juli 2011 di Jakarta dalam rangka Harlah NU ke-85.

Saat itu, 20 ulama Afghanistan, termasuk almarhum Prof Dr Burhanuddin Rabbani membahas pentingnya segera mewujudkan perdamaian Afghanistan dengan mengusung nilai-nilai Islam rahmatan lil-‘alamin.

Konferensi Turki ini juga akan memusatkan diskusi pada bagaimana ajaran Islam yang moderat, toleran, damai dan kooperatif dapat menjadi kekuatan yang menandingi kelompok-kelompok garis keras di Afghanistan,

Kehadiran Nahdlatul Ulama sangat dinantikan dalam konferensi ini, karena dinilai telah berhasil mempromosikan nilai-nilai Islam moderat yang khas NU (tawasuth, tawazun, tasamuh dan I’tidal) di Indonesia.

Pengalaman NU ini juga telah dijadikan acuan ulama Afghanistan dalam merumuskan sembilan butir “Kesepakatan Jakarta”.

“Pengalaman NU ini akan sangat berguna bagi ulama Afghanistan”, kata Mahreen Farooq dari WORDE dalam undangan yang dilayangkan kepada PBNU.

 

Penulis: Hamzah Sahal