Warta

Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani Bukan Sekedar Membaca Biografi

Kamis, 4 Desember 2008 | 22:05 WIB

Pekalongan, NU Online
Di kalangan nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama/NU) kelompok Ahlussunah wal Jamaah lainnya, membaca Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani merupakan tradisi. Namun, selama ini, tradisi tersebut sebatas semacam membaca buku biografi tokoh.

Padahal, di dalam kitab manaqib tersebut juga terdapat banyak hal, di antaranya, kisah teladan, karomah hingga doa-doa yang cukup makbul. Maka, sehingga tidak heran jika banyak yang mengamalkannya.<>

Demikian dikatakan Arif Hasanul Muna, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan, pada diskusi rutin bulanan yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kota Pekalongan, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Abdul Muiz.

Menurut Arif, dalam Kitab Al Lujain Al Dani karya Syeikh Dja’far Bin Hasan Al Barzanji, dijelaskan beberapa hal yang tidak sekedar riwayat perjalanan hidup Abdul Qadir Jaelani. Di dalamnya juga berisi mujahadah, kepandaian, nasihat.

Selain itu, terdapat pula karomah, keinginan Syeikh Abdul Qadir untuk memberi manfaat bagi banyak manusia. Bagi Arif, membaca manaqib itu ibarat membaca sebuah karya sastra yang bernilai tinggi, apalagi karya Syeikh Ja’far diiringi munajat dan doa.

Diskusi bertajuk “Melacak Akar Tradisi Islam ala NU” dengan pokok bahasan seputar manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani menarik kalangan muda NU yang selama ini hanya dipahami sebagai teks biografi belaka.

Ketua Pengurus Cabang Lakpesdam NU Kota Pekalongan, Mushoffa Basyir, mengatakan, diskusi tersebut diharapkan dapat membuka wawasan berpikir kaum muda NU Kota Pekalongan.

Sebagain peserta diskusi berharap, topik-topik yang didiskusikan, di samping seputar amaliyah NU, juga mengangkat masalah aktual di masyarakat. Di antaranya, isu politik, sosial dan ekonomi dengan menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidangnya. (rif)