Warta

Media dan Politisi Australia Diminta Hormati Hak Komunitas Muslim

Rabu, 11 April 2007 | 03:40 WIB

Canberra, NU Online
Presiden Federasi Dewan-Dewan Islam Australia (AFIC), Ikebal Patel, meminta media massa dan para politisi Australia untuk menghormati hak komunitas Muslim untuk mengatur masalah-masalah agamanya, dan menegaskan, pihaknya akan menunggu keputusan Dewan Imam Nasional Australia (ANIC) tentang isu mufti Australia dalam pertemuannya yang dijadwalkan berlangsung dua bulan lagi.

"AFIC akan mendukung keputusan ANIC dan akan bekerja sama dengan baik dalam mengelola isu-isu yang berhubungan dengan masalah imam pada umumnya dan peranan penting mereka dalam masyrakat Muslim," kata Patel dalam pernyataan persnya di Canberra, Selasa.

<>

Ia mengatakan, pihaknya merasa kaum Muslimin dan kepemimpinan agamanya sedang dipojokkan dan ditekan untuk membuat keputusan tertentu terkait dengan masalah-masalah ke-Islaman di Australia.

"Adalah orang-orang Islam, para imam dan pemimpin mereka pihak yang akan membuat keputusan terkait dengan isu mufti Australia dan masalah-masalah lain yang terkait dengan Islam dan umat Islam, bukan media massa atau para politisi," katanya.

Patel lebih lanjut mengatakan, media massa dan para politisi sudah seharusnya menghormati hak komunitas Muslim Australia untuk mengatur masalah-masalah agamanya.

"Interfensi dalam masalah-masalah masyarakat Muslim hanya akan memperteguh stereo tipe Muslim dalam komunitas (Australia) yang lebih luas, dan ketakutan orang-orang Islam yang merasa dijadikan korban setiap kali media dan para politisi berbicara tentang mereka secara negatif," katanya.

Dalam dua pekan terakhir, surat kabar-surat kabar utama, politisi dan pejabat Pemerintah Australia menyoroti pernyataan-pernyataan Mufti Australia, Sheikh Taj al-Din al-Hilali.

Dalam edisi Selasa, Harian The Age dan The Australian misalnya memberitakan, kalangan politisi dan pejabat tinggi negara itu telah meminta mufti kelahiran Mesir itu agar mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan negara itu menyusul dukungannya atas Iran.

Menteri Luar Negeri Alexander Downer dan pemimpin oposisi Kevin Rudd termasuk di antara para tokoh Australia yang meminta pengunduran diri Hilali dari jabatannya menyusul seruannya kepada dunia Islam seperti dikutip jaringan televisi Pemerintah Iran agar bersatu mendukung Republik Islam Iran.

Harian The Age mengutip wawancara Hilali dengan jaringan TV itu menyebutkan bahwa komunitas Muslim tidak akan pernah tunduk di depan "musuh-musuh" mereka.

Menlu Downer menyebut pernyataan Sheikh Hilali tersebut sebagai "telah mempermalukan" Australia di luar negeri dan merusak sikap komunitas Muslim negara itu.

Sebelumnya, Menteri Imigrasi Kevin Andrews telah meminta tokoh Muslim paling senior di Australia itu untuk memutuskan apakah ingin tetap tinggal di Australia atau di Timur Tengah.

Pemimpin oposisi Kevin Rudd berpendapat, penggantian Sheikh Hilali merupakah "hal yang sangat mendesak".

Terlepas dari kontroversi itu, menurut The Age, teman dekat Sheikh Hilali, Keysar Trad, mengatakan, pernyataan-pernyataan ulama kelahiran Mesir kepada pers Iran itu hanyalah "ungkapan umum tentang persatuan Muslim".

"Saya kecewa karen Mufti (al Hilali) tidak diberikan peluang (untuk menjelaskan kesimpangsiuran ini-red.)," kata Trad.

Harian Nasional "The Australian" juga menurunkan berita tentang kontroversi di seputar pernyataan Sheikh Hilali di bawah judul "Mufti told to quit or leave". (ant/sir)