Surabaya, NU Online
Pemimpin grup musik legendaris 'Soneta', H Rhoma Irama, berkisah pengalamannya merintis jalan dakwah lewat musik pada era 1960-an. Pedangdut kelahiran Tasikmalaya pada 11 Desember 1946 itu menyebut tahun 1960-an itu identik dengan kemaksiatan.<>"Kalau ada seniman sholat, itu pasti dicemooh. Karena, seniman itu identik dengan meninggalkan sholat, minuman keras, pergaulan bebas, dan kemaksiatan lainnya. Bahkan, orkes gambus sekalipun ada yang tidak lepas dari mabuk," kata Rhoma Irama saat menyampaikan studium general bertajuk "Musik sebagai Media Dakwah" di kampus IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Jumat.
Namun, realitas itu justru membuat dirinya resah. Karena itu, Rhoma Irama berdoa dalam setiap sholat. ''Ya, Allah, seandainya musik itu memperlebar jalan ke neraka, tolong hentikan langkah saya," katanya menuturkan doanya. "Akhirnya, saya mendirikan grup Soneta. Saya bertekad melakukan jihad lewat musik."
Untuk mengawali jihad itu, dirinya berusaha mengucapkan "assalamu'alaikum" saat memulai pentas. "Saya masih ingat, ucapan salam dalam pentas di Ancol itu sempat dilempari sandal dan lumpur. Bahkan, media massa juga mencerca saya melakukan komersialisasi agama," katanya.
Redaktur : Syaifullah AminÂ
Sumber  : Antara
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Menag Nasaruddin Umar akan Wajibkan Pramuka di Madrasah dan Pesantren
3
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
4
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
5
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
6
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
Terkini
Lihat Semua