Remaja sekarang, barangkali sering menyanyikan lagu Perdamaian yang dipopulerkan group musik GIGI dan lagu Kota Santri yang ditembangkan Krisdayanti. Dua lagu tersebut, merupakan rujukan dari lagu-lagu Kasidah Modern Nasida Ria Semarang yang hingga kini masih melegendaris.
Musik kasidah, awalnya muncul tahun 60-an ditandai dengan lahirnya grup musik Assabab dari Semarang. Juwariyah adalah penyanyi andalannya. Assabab yang dipimpin M. Zain ini senantiasa membawakan lagu-lagu Arab padang pasir. Grup ini tersohor dari pulau Jawa hingga Kalimantan.<>
Tahun 70-an, perkembangan grup musik sealiran kasidah semakin bermunculan, diantaranya di Sumatra muncul Grup Musik Kasidah Rebana dengan penyanyi yang sekaligus pimpinannya, Hj. Nur Asiyah Jamil. Di Jakarta juga lahir Kasidah Rebana pimpinan H. Muhamad Dong dan Grup Al Fatah pimpinan A. Rahmat. Sedangkan di Jawa Timur, tepatnya di Gresik muncul Grup Rebana Giri Nada milik Pemkab Gresik.
Cikal bakal Nasida Ria, juga berawal dari grup-grup rebana. Namun berkat inovasi dan kreasi dari M Zain, grup ini memiliki genre tersendiri. Ia memiliki ciri khas berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Kalau Kasidah Rebana lebih dominan menyanyikan lagu-lagu irama padang pasir, Nasida Ria berkreasi dengan syair dan lagu berbahasa Indonesia.
General Manager Nasida Ria H Choliq Zain, menceritakan, Nasida Ria yang lahir 1975 merupakan musik kasidah modern pertama di Indonesia. Ditengah merebaknya musik Pop, Dangdut dan aliran Barat, Nasida Ria hingga kini masih bertahan. “Nasida Ria juga menguasai lagu-lagu berirama dangdut sebagai selingan show,” ujar Choliq kepada NU Online Selasa (22/7) di Semarang.
Dalam perjalanan Shownya, sudah beribu-ribu tempat disambanginya, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Diantaranya, setiap tahun mengisi Paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta. Tour Show Silaturokhmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng tahun 2001, 2002 dan 2004. Juga tampil dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau 2004 dan Isro Miroj di Tanjung Pinang, Kepri (2006) serta berbagai tempat di seluruh pelosok tanah air baik dalam
rangka undangan hajatan maupun acara resmi lembaga pemerintah/swasta/yayasan.
Di Luar Negeri, Nasida Ria juga cukup dikenal. Pasalnya grup ini telah melanglang buana diantaranya memenuhi undangan kerajaan Malaysia untuk tampil dalam peringatan 1 Muharam tahun 1988. Selanjutnya, Nasida Ria tampil show di Berlin, Maret 1994 atas undangan Haus de Kulturen derWelt (Lembaga Kebudayaan Jerman) dalam paket Die Garten des Islam (Pameran Kesenian Islam Dunia).
Masih di Jerman, pada Juli 1996 delapan kali pentas dalam rangka festifal HEIMATKLANGE 96 ‘Sinbad Travels’. Kota yang disinggahi diantaranya Berlin, Reclinghousen, Dusseldof. “Lawatan kali ini atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Musik Festival,” ungkap Choliq.
Tidak heran kalau kemudian Nasida Ria kerap mendapatkan penghargaan atas prestasi yang telah dtorehkanya. Diantaranya, meraih penghargaan Pengemban Budaya Islam dari PWI Pusat Jakarta (1989), Penghargaan Seni dari PWI Jateng (1992) dan Anugrah Keteladanan 2004 dari PPP Jateng (2004).
Dalam setiap pentas, Choliq selaku manajer mematok harga untuk di daerah pedesaan Jawa Tengah setiap kali tampil Rp. 15 juta rupiah dengan durasi 2-3 jam. “Kami memakainya jam,” tawar Choliq.
Kepada yang berminat, bisa menghubungi Alamat Sekretariat di Jalan Raya Tugu 58 Telp 024-70151501 Semarang ini. “Ingin lebih jelas, silakan hubungi Saya di nomor 08122916432 atau 081575667778,” katanya. (Wasdiun)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua