Warta KERUKUNAN AGAMA

PBNU Dukung GKI Yasmin Bogor

Selasa, 15 November 2011 | 10:04 WIB

Jakarta, NU Online
PBNU punya kewajiban peduli terhadap problem sesama umat beragama, termasuk pada jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin Bogor, Jawa Barat. PBNU mendukung penuh GKI Yasmin yang sekarang kerepotan tempat ibadah.

Demikian ditegaskan Ketua Umum PBNU Dr. KH KH Said Aqiel Sirodj saat menerima rombongan Persekutuan Gereja-geraja Indonesia (PGI), GKI Yasmin Bogor, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan PP GP Ansor NU, di Gedung PBNU (15/11).

<>“PBNU prihatin ada umat beragama kesulitan tempat ibadah. Dan ini ironisme yang harus segera diatasi di negeri yang mengakui kemerdekaan beragama. Saya tegaskan PBNU ingin  menjadi solusi problem umat beragama,” jelas Kang Said dengan serius.

Dalam kesempatan itu, Kang Said langsung meminta Entjeng Sibirn Najd dan Imdadun Rahmat (keduanya Sekjend PBNU, red.) untuk membantu konsolidasi NU di Jawa Barat dan Kota Bogor.

“Ajak PWNU Jawa Barat, PCNU Kota Bogor, dan organisasi masyarakat yang ada di Bogor. Teman-teman GKI Yasmin juga mesti terus berhubungan dengan simpul-simpul masyarakat yang ada di Bogor,” pinta Kang Said.

“Mari, kita umat beragama menjadi solusi negeri ini. Bangsa ini sedang sakit, yang benar disalahkan, yang salah dibiarkan bahkan didukung. Jangan biarkan ini berlarut-larut,” tegasnya.

Bona Sigalingging, juru bicara GKI Yasmin, berharap pada PBNU membantu GKI Yasmin. “Kami pilih mengadu pada PBNU karena kami tahu PBNU punya rekam jejak yang jelas atas visi keindonesiaan,” kata Bona.

Pembangkangan Hukum
Sementara itu, Sekretaris Umum PGI Gomar Goeltom menyatakan bahwa problem GKI Yasmin Bogor ini memberi tiga pelajar bagi kelangsungan hubungan antaragama di Indonesia.

“Pertama, problem yang sejenis dengan GKI Yasmin terjadi di banyak tempat. Kedua, ide relokasi geraja di banyak tempat hanya akan memicu segregasi di tingkat masyarakat yang tidak sehat. Terakhir, respon pejabat publik atas GKI Yasmin adalah pembangkangan hukum secara demonstratif dari institusi yang seharusnya jadi contoh," jelas Goeltom.


Penulis: Hamzah Sahal