Warta

Perkembangan Madrasah Lamban karena Tak Diperhatikan Pemerintah

Sabtu, 23 Agustus 2008 | 05:43 WIB

Brebes, NU Online
Diakui atau tidak, perkembangan madrasah dan pondok pesantren berjalan lamban dibanding lembaga pendidikan lainnya. Hal itu terjadi karena dua model lembaga pendidikan tersebut tak diperhatikan pemerintah selama masa Orde Baru.

Akibatnya, terbangun citra bahwa lembaga pendidikan madrasah tidak membawa kebermanfaatan secara duniawi. Perlakuan diskrimatif itu pulalah yang menyebabkan ketertarikan masyarakat rendah.<>

Pendapat itu diungkapkan Pengasuh Pesantren Majelis Tarbiyatul Mubtadi’in, Cirebon, Jawa Barat, KH Mustofa Aqil, kepada NU Online di sela-sela Imtihan dan Akhirussanah Madrasah Diniyah Sabilul Huda, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (22/8) malam.

“Pemerintahan dulu, mengerdilkan pendidikan di madrasah diniyah dan pondok pesantren, sehingga perkembangannya amat lamban. Akibatnya, masyarakat enggan menyekolahkan anak-anaknya sekolah di madrasah diniyah,” terangnya.

Menurut dia, perlakuan diskriminatif pada madrasah dan pesantren serta perhatian lebih pada lembaga pendidikan formal, ternyata gagal membangun moral bangsa. “Siapa sih yang membuat kerusakan di Indonesia? Ya, anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan madrasah,” pungkasnya.

Namun, sesungguhnya masyarakat kini memiliki peluang untuk membantu meningkatkan peran madrasah dan pesantren melalui proses pemilihan kepala daerah langsung. Pasalnya, masyarakat bisa menentukan calon pemimpin yang mampu memperhatikan madrasah sepenuh hati.

“Pemimpin yang tidak mau memperhatikan madrasah, pemimpin jangan kita akui. Tapi sayangnya, lebih banyak orang-orang kita yang memanfaatkan kepentingan sesaat, ketimbang kemaslahatan generasi yang akan datang,” kritiknya.

Pengajian umum akhirussanah menyambut Ramadhan itu diawali wisuda santri sebanyak 24 anak dari 150 santri yang ada. Kepala Madrasah Diniyah Sabilul Huda Abdul Mufti mengungkapkan, sedikitnya santri madrasah karena yang sudah menempuh pendidikan di tingkat SMP maupun SMA merasa malu untuk melanjutkan.

“Orang tua santri juga sangat berpengaruh terhadap santri dalam menempuh pendidikan di madrasah diniyah secara matang atau tidak,” pungkasnya. (was)