Warta

Puisi di Gedung MPR

Kamis, 3 November 2011 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online
Penyair dan budayawan kenamaan D Zawawi Imron menyatakan bangsa ini harus dijaga dan ditata dengan cinta dan hati nurani. Sebab, kata ida, hanya dengan cinta dan hati bangsa Indonesia bisa diselamatkan dari segala kebiadaban dan kesengsaraan rakyatnya.

D Zawawi Imron menyatakan hal tersebut dalam acara Parade Puisi Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Majelis Permusyawaratan Rakyat (FPKB MPR), di Gedung Nusantara 5, Senayan, Jakarta, Rabu (2/11).

<>Karena tanah air adalah ibunda kita
Siapa mencintainya jangan menodainya dengan dosa
Siapa menghormatinya jangan mengotorinya dengan darah
Tanah air ialah sajadah
Tempat berjudud mengagungkan Allah

Demikian sajak berjudul Tanah Sajadah yang dibacakan D Zawawi Imron. Sajak lainnya yang ia bacakan di gedung MPR berjudul Ibu, Sumpah Anak Jalanan, dan Hutang. Zawawi yang bulan ini mestinya pergi ke Bangkok untuk menerima Sea Award, penghargaan sastra dari Kerajaan Thailand, tapi ditunda karena banjir di negeri Gajah Putih itu tak kunjung surut.

Selain D Zawawi Imron, para penyair kenamaan juga membacakan sajak-sajaknya adalah Acep Zamzam Noer, Sosiawan Leak, Jose Rizal Manua, Rukmini dan Asrizal Noor. Masing-masing penyair membacakan dua judul puisi.

Wakil ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin yang turut hadir menyampaikan aspresiasinya. “Setahu saya belum pernah ada acara seperti ini, sehingga layak diapresiasi dan dicontoh untuk diteruskan pada kesempatan mendatang,” katanya.

Kebudayaan
Ketua Fraksi PKB MPR Lukman Edy menyatakan, kebudayaan merupakan hal tak terpisah dari empat pilar kebangsaan dan terkandung mendalam di dalam setiap pasal. Perubahan demi perubahan Undang-Undang Dasar tak lepas dari perkembangan kebudayaan yang menjadi karakter bangsa.

“Perubahan UUD 1945 harus mempunyai perspektif kebudayaan agar menyentuh ke dalam relung hati masyarakat Indonesia,” katanya

Secara normatif, Edy menyatakan  empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI) sudah memenuhi unsur kebudayaan yang menjadi karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu ia berharap aspek kebudayaan dalam konstitusi jangan sampai luntur supaya menyentuh relung hati bangsa Indonesia.

Dikatakan, pendekatan dalam sosialisasi 4 pilar kebangsaan harus mempunyai pendekatan baru, antara lain dengan menggabungkan unsur kebudayaan di dalamnya. Sebab terobosan yang paling rasional adalah melalui kebudayaan karena dinilai lebih menyentuh.  “Apalagi selama ini sosialisasi Pancasila lebih banyak bersifat doktrinal,” katanya.

 

 

Redaktur      : Hamzah Sahal
Kontributor  : Kholilul Rahman Ahmad