Warta

Tenaga Nuklir Indonesia Perlu Dipertimbangkan

Jumat, 18 Maret 2011 | 07:29 WIB

Semarang, NU Online
Mengambil hikmah dari musibah yang dialami oleh negeri Sakura, Jepang khususnya terkait meledaknya reaktor nuklir yang menjadi ancaman bagi dunia, tampaknya Indonesia harus belajar dari musibah di Jepang tersebut, dengan mempertimbangkan ulang keinginan menggunakan energi nuklir dengan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Jepang yang memiliki disiplin tinggi dan teknologi canggih saja kewalahan mengatasi reaktor nulirnya sendiri. Apalagi Indonesia yang belum mempunyai pengalaman," kata ahli energi Lilo Sunaryo yang juga Koordinator Masyarakat Reksa Bumi ini di Semarang, Jumat (18/3).
<>
Apalagi lanjut Lilo, negara maju lainnya juga sudah mulai meninggalkan PLTN dan sebagian lain meninjau ulang pembangunan PLTN. Oleh karena itu, Indonesia seharusnya tidak memerlukan PLTN.

Menurut Lilo, PLTN adalah teknologi yang belum tuntas, karena selain menghasilkan listrik juga menghasilkan zat berbahaya yang dapat mengakibatkan kanker dan penyakit lainnya. Zat yang dihasilkan selain listrik tidak bisa dimanfaatkan kecuali untuk bom atom.

"Saat ini dunia tidak dalam situasi perang dingin. Oleh karena itu, penggunaan energi alternatif lain harus dimaksimalkan," katanya.

Sejumlah energi alternatif tersebut seperti energi surya, angin, panas bumi, gelombang tinggi, arus laut, dan limbah pertanian (jerami). Energi alternatif tidak akan habis karena selalu disiapkan alam.

Begitu juga dengan energi limbah pertanian akan selalu ada, selama masyarakat masih mengkonsumsi beras. Sementara sumber energi seperti minyak, gas, batu bara, dan uranium pasti habis jika selalu ditambang.

Oleh sebab itu kata Lilo, Indonesia ini baru menggunakan energi alternatif sebesar 0,5 megawatt. Dan, negeri ini sesungguhnya tidak perlu hidup dengan risiko tinggi dengan menggunakan energi PLTN. "PLTN hanya menguntungkan pabrik, tidak untuk rakyat," tandas Lilo Sunaryo. (amf/ant)