Tradisi Menulis di Pesantren Dimulai Sejak Walisongo dan Ronggowarsito
Sabtu, 23 Agustus 2008 | 07:02 WIB
Tradisi menulis di pesantren sudah dimuai sejak lama, bahkan semenjak zaman para wali songo dengan Tembang Dandang Gulanya (Sunan Kalijaga ), Sinom (Sunan Muria) dan seterusnya.
Era selanjutnya diisi oleh Raden Ronggowarsito dengan Serat Kalatida, Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Mahfudz Termas, Syeikh Hamzah Fanshuri, Syeikh Abdur Rauf Sinkel Aceh, Syeikh Khatib Sambas, Syeikh Ihsan Jampes.<>
Pada era modern tradisi menulis di pesantren diwakili oleh KH Wahid Hasyim, KH Saifuddin Zuhri, KH Bisri Musthafa. Pada era 1980-an ada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Musthafa Bisri (Gus Mus) dan seterusnya.
D Zawawi Imran, penyair si Clurit Emas, dalam Halaqah Nasional Kebudayaan Pesantren bertema “Kebangkitan Sastra Pesantren” di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jumat ( 22/8) mengurai panjang lebar periodesasi tradisi tulisan dan sastra di pesantren.
Membaca perkembangan dunia sastra puisi, Zawawi menyatakan, semenjak Gus Dur menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, muncul para penyair kontemporer semisal Zamzami Noor, Jamal D Rahman, pemimpin majalah sastra Horison.
Zawawi mengingatkan fungsi sastra yang baik adalah sastra pesantren yang berbicara pada seluruh masalah di masyarakat, bukan sastra yang membelenggu dan masuk tempurung.
Sementara itu, katanya, kekhasan pesantren dalam hal sastra dilihat oleh Zawawi dari tradisi tembangan puji-pujian dan qalam yang bahkan tak terkalahkan oleh gerusan modernitas.
“Modernitas tak selamanya menjawab kebutuhan eksistensial manusia, buktinya, yang bikin bagus tulisan khath, ya qalam kuno yang dibuat sendiri,” katanya.
Zawawi berharap kalangan pesantren dapat merangkai sastra, keindahan dan keimanan menjadi hal yang menyatu padu dan akrab. “Sastra, keindahan dan keimanan semestinya tidak terpisah” katanya.
Zawawi menyatakan, seorang yang berperasaan halus oleh sentuhan sastra tidak akan membentak-bentak dan tidak akan bertengkar seperti fenomena partai politik belakangan ini. (yus)
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
3
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
4
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
5
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
6
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 229: Ketentuan Hukum Talak Raj’i dan Khulu’
Terkini
Lihat Semua