Konten Bermuatan Positif Lebih Diminati Pengguna Medsos
Ahad, 17 Oktober 2021 | 06:00 WIB
Pengaruh konten bermuatan toleransi dan narasi positif beragama cenderung lebih diminati pengguna media sosial. Demikian hasil penelitian yang dilakukan Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berjudul Media Sosial: Kawan atau Lawan? Media Sosial sebagai Sarana Peningkatan Toleransi Beragama. Penelitian dilakukan dengan dukungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2020.
Penelitian pola interaksi pengguna media sosial ini bertujuan guna mengetahui pengaruh paparan konten media sosial yang toleran maupun tidak toleran terhadap peningkatan kerukunan antarkelompok beragama serta meningkatkan respons positif antarkelompok dalam konteks dunia maya.
Penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan metode between-subject experiment dan melalui media daring (Google forms) tersebut dilakukan kepada 74 partisipan yang dibagi ke dalam lima kelompok manipulasi, yakni paparan konten media sosial netral, Islam toleran, Islam negatif tidak toleran, Kristen positif toleran, dan Kristen tidak toleran.
Secara garis besar, penelitian tersebut menyebutkan bahwa toleransi dapat tercipta dari kontak antarkelompok yang baik. Maka dari itu, meningkatkan intensitas kontak tersebut merupakan upaya riil yang bisa dilakukan guna mengurangi timbulnya prasangka. Secara terperinci, hasil kelima kategori di atas dapat dilihat berikut ini.
Pertama, partisipan mempersepsikan konten media sosial yang menunjukkan toleransi (akun media sosial Islam maupun Kristen) sebagai konten yang hangat dan lebih kompeten dibanding akun media sosial bermuatan netral dan akun media sosial bermuatan tidak toleran (akun media sosial Islam maupun Kristen).
Kedua, partisipan lebih menaruh kagum pada akun bermuatan toleran (akun media sosial Islam maupun Kristen) dibanding akun media sosial bermuatan netral dan akun media sosial bermuatan tidak toleran akun media sosial Islam maupun Kristen).
Ketiga, partisipan menunjukan tingginya tingkat perilaku mendukung baik secara aktif maupun pasif kepada akun media sosial Islam dan kristen toleran dibanding akun media sosial bermuatan netral dan akun media sosial bermuatan tidak toleran (akun media sosial Islam maupun Kristen).
Keempat, evaluasi partisipan dipengaruhi oleh paparan terhadap berbagai jenis konten media sosial (netral, Islam toleran, kristen toleran, Islam fanatik, dan Kristen tidak toleran).
Karena itu, upaya pencegahan konflik, terkhusus konflik beragama di media sosial menjadi isu penting di tengah instensitas penggunaan media sosial dari warganet yang mengalami lonjakan sebanyak 40 persen sejak pandemi Covid-19 melanda.
Penulis: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan