PENGANTAR: menyambut hari raya Idul Adha, situs resmi Nahdlatul Ulama atau NU Online mengadakan perlombaan pantun, fiksimini dan foto. Lomba bertajuk “Cipta Kata dan Foto” tersebut dilakukan di Twitter dan Facebook.
<>
NU Online akan memuat juara 1, 2, dan 3 dan beberapa naskah favorit fiksmini secara berkala. Berikut juara pertama fiksimini atas nama Aris Muh dengan judul Ketika Sapi Kabur ke Kudus.
Satu minggu lagi, Idul Adha datang. Di berbagai kota di Jawa Tengah sudah tampak lalu lalang panitia kurban membeli hewan kurban, tak terkecuali di daerah Pasar Sapi Bawen, Semarang. Suasana pasar hewan ini laiknya pasar trandisional pada umumnya, ramai dan penuh sesak dengan aroma khas hewani dari pagi hingga sore hari. Terlihat beberapa sapi ketakutan, berontak dan berteriak ketika diangkat ke truk. Beberapa diantaranya meneteskan air matanya.
Sore itu, pasar mulai sepi. Namun, tidak jauh dari kawasan pasar, terdengar suara penceramah dalam pengajian rutin NU yang diadakan di sebuah masjid. Suara mubaligh yang menggebu-gebu cukup keras terdengar di pasar yang sebenarnya mulai hening. Sapi-sapi yang berada di kandang menghentikan sejenak gerakan-gerakannya.
Semuanya senyap ketika mubaligh sampai pada bab dilarangnya korban sapi di Kota Kudus. “Jadi dulu, Sunan Kudus itu menyarankan korban dengan menyembelih selain sapi karena menghormati umat Hindu,” tegas penceramah. Kemudian pengajian selesai, dan hari mulai larut. Pasar benar-benar sepi dan para penjaga pasar mulai tertidur.
Suara ayam berkokok menyambut subuh menjelang. Adzan subuh mulai berkumandang. Ufuk timur mulai terang.
Tiba-tiba salah seorang penjaga pasar berteriak, ”Hwaaa… Sa..sapinya hilaaang, sapinya kabuuur.”
Selidik punya selidik, para sapi melarikan diri ke Kota Kudus lewat jalur Tol Bawen Ungaran, melalui Kota Demak.
Hmmm...