12 Tahun Palopor Peninggalan Kiai As’ad Syamsul Arifin, Tetap Konsisten Bentengi Aswaja
Jumat, 7 Agustus 2020 | 10:30 WIB
H Misbahus Salam (tengah) saat memimpin pengajian yang digelar oleh Palopor Kabupaten Jember, belum lama ini. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Jember, NU Online
Almarhum KH As’ad Syamsul Arifin punya banyak cara untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) di tengah-tengah masyarakat. Selain menggunakan organisasi NU sebagai wadah resmi berkembang biaknya Aswaja, Kiai As’ad juga memiliki cukup banyak perkumpulan dan organisasi untuk sarana dakwah ajaran Aswaja. Salah satunya adalah Palopor di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Namanya memang Palopor, bukan Pelopor. Palopor adalah perkumpulan khas bentukan Kiai As’ad, yang isinya adalah orang-orang terpilih yang punya keahlian di bidang kanuragan, silat, dan sebagainya.
“Jadi Palopor itu khas Madura. Mungkin karena beliau (Kiai As’ad) orang Madura sehingga perkumpulannya dinamai Palopor,” urai pembina Palopor Kabupaten Jember, H Misbah kepada NU Online di Jember, Jumat (7/8).
Palopor bentukan Kiai As’ad di Jember meliputi tiga kecamatan, yaitu Bangsalsari, Rambipuji, dan Balung. Saat ini anggotanya mencapai hampir seribu orang. Mereka rutin setiap bulan purnama mengadakan pengajian dengan lokasi bergantian di antara anggota yang berada di tiga kecamatan itu. Tujuannya adalah untuk membentengi dan memperjuangkan nilai-nilai dan visi dan misi NU.
“Yang dibaca di pengajian itu tawassul, surat Yasin, shalawat, hizbun nashar, dan hizib penyerang bagi yang mendzalimi,” lanjut H Misbah.
Ia menceritakan, setelah Kiai As’ad wafat, maka putranya KH Ahmad Fawa’id Syamsul Arifin menggantikan posisi sang ayah sebagai pembina palopor. Namun karena terbentur kesibukan yang luar biasa, Kiai Fawa’id mendelegasikan kepada H Misbah dan Kiai Asnawi Hasan untuk membantu membina palopor di Jember (2008). Kedua tokoh tersebut memang pernah nyantri di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, saat diasuh oleh Kiai As’ad.
“Ya karena itu amanah bagi saya dan almarhum Kiai Asnawi, ya kami jalankan dan kami bina pelopor sampai sekarang,” jelasnya.
Semasa hidupnya, Kiai Asnawi yang beralamat di Dusun Sumbergebang, Desa Langkap, Kecamatan Bangsalsari itu memang dikenal sebagai tokoh yang memiliki ilmu khusus tentang dunia persilatan dan hizib. Anak buahnya cukup banyak, termasuk bajingan yang sudah insaf. Hampir dipastikan tamu yang datang ke dalem Kiai Asnawi, tak lepas dari kepentingan untuk minta ijazah hizib.
“Tentu semua itu untuk kepentingan dakwah Aswaja. Sebab, dulu memang dunianya beda. Orang bisa dianggap hebat dan disegani kalau terbukti punya kesaktian,” urainya.
Setelah dapat amanah untuk membina Palopor, H Misbah dan Kiai Asnawi mulai berpikir bentuk pembinaannya. Untuk mempermudah masyarakat, terutama alumni Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo yang ingin bergabung ke dalam pengajian bulan Purnama, maka dibentuklah Asosiasi Palopor Nahdlatul Ulama (APNU). Anggotanya adalah Palopor Rambipuji, Bangsalsari, dan Balung.
“Sudah 12 tahun pengajian bulan purnama Palopor ini berjalan, semoga terus istiqamah,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang Anggota Palopor Bangsalsari, Ustadz Bukhari mengaku salut dengan konsistensi APNU dalam melestarikan dan mengembangkan Aswaja.
“Bagi saya, Palopor sebagai perekat tali persaudaraan sesama alumni pesantren (Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah) dalam mengembangkan Aswaja,” katanya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz