Daerah

13,4 Persen Siswa Madrasah Kalteng Rawan Kualitas Rendah

Kamis, 1 Desember 2005 | 06:42 WIB

Palangkaraya, NU Online
Sekitar 13,4 persen jumlah siswa madrasah di wilayah provinsi Kalimantan Tengah terancam mengalami kualitas pendidikan yang rendah jika tidak segera mendapat perhatian berbagai pihak terutama masyarakat setempat dan pemerintah.

Kepala Bidang Mapenda Islam Kanwil Depag Kalteng Drs. H. Chobirun Zuhdiy MPd di Palangka Raya, Rabu mengatakan, siswa madarasah yang rawan kualitas rendah juga tidak akan mampu memasuki persaingan dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja, dan pada akhirnya justru akan menjadi beban negara jika terpaksa harus menjadi pengangguran.

<>

"Dengan angka partisipasi sebesar 13,4%, madrasah mempunyai peran yang signifikan dalam dunia pendidikan dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem Pendidikan Nasional," ucapnya.

Menurut dia, saat ini 85% madrasah yang ada di Kalteng adalah lembaga swasta yang berlokasi di daerah terpencil, serta mayoritas siswanya merupakan kalangan keluarga tidak mampu, sehingga mengalami hambatan yang cukup berat dalam menjalankan roda pembelajaran, karena tidak ditunjang fasilitas yang memadai.

Secara fisik kondisi madrasah pada umumnya memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal sarana prasarana, buku-buku maupun fasilitas penunjang pembelajaran serta kekurangan tenaga guru baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran dan pada akhirnya kepada kualitas out-put pendidikannya.

Jumlah madrasah di Kalteng saat ini sebanyak 360 buah terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah 212 buah, Madrasah Tsanawiyah 105 buah, dan Madrasah Aliyah 43 buah. Sebanyak 307 buah madrasah merupakan madrasah swasta yang sebagian besar mengeluhkan minimnya dana yang tersedia untuk mengejar ketertinggalannya.

Berbagai masalah yang dihadapi madrasah-madrasah tersebut, kata Chobirun, saat ini secara bertahap dibutuhkan perhatian dari berbagai pihak guna memperbaiki kondisi madrasah baik dari segi fisik maupun kualitas pendidikannya.

Selama ini perhatian berbagai pihak terutama pemerintah memang dinilai sangat kurang dalam turut serta memajukan dunia pendidikan madrasah, apalagi jaman dulu seolah ada dikotomi terhadap madrasah-madrasah yang ada.

"Itulah mengapa, kualitas madrasah rendah, pasalnya masyarakat atau yayasan tak memiliki uang banyak untuk membayar guru-gurunya, tak punya dana untuk mengadakan berbagai sarana," katanya.

Untuk itu Pemerintah dalam hal ini Depag akan  memberi pendampingan kepada madrasah agar tetap hidup, karena madrasah merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dari masyarakat sendiri di pedesaan bagi anak-anak yang kebanyakan tidak memiliki kemampuan ekonomi.

"Madrasah memiliki sejarah panjang yang memberi kontribusi banyak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan karena itu tak seharusnya ditutup karena tidak memenuhi standar nasional," katanya.

Kepada masyarakat diharapkan turut serta membantu menghidupkan kembali madrasah yang berkualitas sebagaiman yang dicita-citakan, sebagai upaya menghargai partisipasi swasta yang telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam mencerdaskan anak bangsa, katanya. (rpblk/Die)


Terkait