Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur KH Mohammad Djamaludin Ahmad menjelaskan bahayanya menyakiti orang tua.
''Allah berkata kepada Nabi Uzair, ‘orang yang menyakiti orang tua, akan memperoleh laknat dan marah Allah sehingga empat generasi keturunannya tidak akan manfaat dan berkah. Sebaliknya, orang yang memuliakan orang tua, anak keturunannya akan manfaat berkah sampai empat generasi’," katanya saat mengisi pengajian di Bumi Damai Al-Muhibbin, Selasa (8/1).
Kiai Djamal lalu menceritakan kisah Nabi Yusuf. Ketika Nabi Yusuf sudah diangkat menjadi raja, ayahnya yakni Nabi Yakub pernah datang silaturahim. Kala didatangi Nabi Yakub, posisi Nabi Yusuf sedang duduk di singgasana. Melihat ayahnya datang, Nabi Yusuf tidak berdiri untuk memberi penghormatan. Allah langsung menegur nabi Yusuf dan berkata, ‘anak keturunanmu wahai Yusuf, tidak akan ada yang jadi nabi.'
"Ini benar terjadi. Tidak ada anak keturunan Nabi Yusuf yang jadi nabi,'' tambah Kiai Djamal.
Dikatakannya, Nabi Muhammad SAW setiap kedatangan tamu, selalu berdiri untuk memuliakan. Para sahabat juga demikian, ketika Nabi datang, selalu berdiri. Nabi mengatakan kepada para sahabat, kalau beliau datang, tidak usah berdiri. Namun esoknya, ketika Nabi datang, sahabat tetap berdiri dan Nabi diam. Sahabat menyambut kedatangan Nabi dengan berdiri karena hormat kepada Nabi.
"Makanya kalau shalawatan, pas mahalul qiyam, kita disuruh berdiri untuk menghormati, karena saat itu ada Nabi rawuh (datang)," ujarnya.
Kiai Djamal lalu menjelaskan penyebab tradisi di pesantren dalam menghormati guru. Saat guru atau kiai datang, santri diajari menyambut penuh hormat dengan berdiri. Demikian pula ketika seorang hamba kedatangan tamu orang tua. Maka harus menghormat dengan berdiri.
"Suatu ketika, Abu Ghasan jalan sejajar dengan orang tuanya. Abu Hurairah yang melihat itu langsung mengingatkan, ‘Anak kalau berjalan dengan orang tua, jangan sejajar. Anak harus di belakang orang tua. Di belakangnya tepat, tanpa diselingi orang lain agar kalau ada sesuatu dengan orang tua, anak menjadi yang pertama menolong’," bebernya.
Lebih rinci Kiai Djamal menjelaskan ketika orang tua di lantai bawah, anak jangan naik ke tempat yang lebih tinggi. Ketika orang tua sudah memandang makanan, anak jangan mengambilnya. Bisa jadi makanan itu dikehendaki oleh orang tua. Kalau kita ambil duluan, nanti orang tua merasa didahului dan kecewa.
"Kalau bicara, nadanya tak boleh lebih tinggi dibanding orang tua.Tak boleh memotong saat orang tua bicara. Tak boleh banyak bicara tak penting di depan orang tua. Orang tua baru ngomong sak kecap, kita sudah berkecap-kecap," pungkas Kiai Djamal. (Syarif Abdurrahman/Abdullah Alawi)