Ansor Aceh Ajak Semua Pihak Jaga Kekondusifan Pascainsiden Warga dengan Aparat Gabungan TNI-Polri
Ahad, 28 Desember 2025 | 06:00 WIB
Banda Aceh, NU Online
Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Aceh mengajak seluruh elemen masyarakat menjaga situasi tetap kondusif di tengah penanganan bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh. Ajakan ini disampaikan menyusul terjadinya insiden bentrok antara aparat keamanan dan masyarakat dalam proses penyaluran bantuan kemanusiaan pada Kamis (25/12/2025).
Insiden pertama terjadi di Jembatan Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu, saat rombongan bantuan melintas menuju wilayah terdampak. Pada hari yang sama, seusai shalat Zuhur, juga terjadi keributan antara warga yang melakukan konvoi penyaluran bantuan kemanusiaan dengan aparat TNI di Simpang Kandang, Kota Lhokseumawe.
Sejumlah warga berkonvoi sembari mengangkut bantuan untuk dikirim ke wilayah terdampak bencana. Namun aparat gabungan TNI dan Polisi yang tengah melakukan razia lantas memberhentikan rombongan tersebut.
TNI meminta rombongan itu untuk menurunkan semua atribut yang berbau GAM (Gerakan Aceh Merdeka), tetapi warga menolak. Saat itulah terjadi ketegangan. Personel TNI dengan seragam loreng lengkap diduga melakukan kekerasan terhadap rombongan warga.
Ketua PW GP Ansor Aceh, Azwar A. Gani, menyayangkan terjadinya insiden tersebut. Menurutnya, dalam kondisi darurat kemanusiaan, seluruh pihak seharusnya mengedepankan empati, solidaritas, dan kepentingan korban bencana sebagai prioritas utama.
“Musibah banjir bandang dan longsor ini telah menelan korban jiwa serta menimbulkan penderitaan yang luar biasa. Di tengah kondisi seperti ini, mari kita jaga suasana tetap kondusif. Fokus utama kita adalah membantu saudara-saudara kita yang terdampak bencana,” ujar Azwar, Jumat (26/12/2025).
Ia menegaskan bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan merupakan ruang netral yang harus dijauhkan dari konflik dan potensi benturan. Ketika proses kemanusiaan diwarnai gesekan, lanjutnya, pihak yang paling dirugikan adalah korban bencana yang sangat membutuhkan bantuan secara cepat, aman, dan berkelanjutan.
Menurut Azwar, aparat keamanan dan masyarakat sama-sama memiliki tanggung jawab menjaga situasi tetap damai. Aparat bertugas memastikan keamanan dan ketertiban, sementara masyarakat memiliki hak terlibat dalam aksi kemanusiaan sepanjang dilakukan secara tertib, damai, dan mengedepankan kepentingan umum.
“Pendekatan persuasif, komunikasi dialogis, serta saling memahami harus dikedepankan di lapangan. Jangan sampai terjadi miskomunikasi yang berujung pada tindakan yang tidak kita inginkan bersama,” tegasnya.
Azwar juga mengingatkan bahwa Aceh memiliki sejarah panjang konflik yang meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat. Pengalaman tersebut, menurutnya, harus menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali, terlebih di tengah situasi bencana yang menuntut kebersamaan dan kepekaan sosial.
“Cukuplah sejarah Aceh menjadi pengingat bagi kita semua. Jangan sampai trauma lama muncul kembali hanya karena kesalahpahaman dan kurangnya pendekatan humanis,” ujarnya.
Dalam situasi bencana, Ansor Aceh berpandangan negara harus hadir sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Kehadiran negara yang dibutuhkan adalah yang menenangkan, menguatkan, serta memberikan rasa aman, khususnya bagi warga yang sedang berduka dan kehilangan harta benda maupun anggota keluarga.