Jakarta, NU Online
Bedah dan diskusi buku Ahlussunah wal Jamaah, Fikih dan Landasan Amaliyah, Jumat (13/3) juga diisi dengan sesi tanya jawab.
Salah satu pertanyaan yang muncul dari peserta adalah apakah Aswaja itu sudah finish?
Penulis buku, Yusuf Suharto, menyatakan Aswaja itu finish, dalam arti bahwa kita tidak boleh mengotak atik ajaran Ahlussunah wal Jamaah yang sudah baku.
"Yaitu, yang kategori qathiyy (absolut). Namun, yang qathiyy ini tak sebanyak yang dhanny (yang masih bisa diubah atau bisa variatif)," ujar Yusuf dalam acara yang berlangsung di aula kampus C Unusia Jakarta.
"Nah, yang bisa diubah ini adalah yang fiqhiyyah, yang dhanniyah. Ini ruang inovasi bersama. Sehingga, Aswaja itu seperti gelas yang isinya belum penuh. Kitalah yang subjek yang mengisi kekosongan itu," terang Yusuf pada kegiatan yang diadakan PMII Komisariat Mercubuana dan PMII Komisariat Unusia.
Dengan demikian, menurut Yusuf Aswaja tegas dan lembut pada tenpatnya masing-masing.
"Kita tegas pada tempatnya itu adalah tegas pada aspek yang qathiyy, tidak boleh diubah. Tapi kita toleran dan lembut pada aspek yang dhanniyat," ungkap dia.
Buku Ahlussunah wal Jamaah, Fikih dan Landasan Amaliyah dengan tebal 207 halaman. Yusuf sendiri adalah Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim, dan dosen Aswaja kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC).
Buku memuat 82 permasalahan yang kerap ditanyakan tentang Amaliyah Muslim Nusantara. Buku ini dipungkasi dengan 'Hukum Hormat Bendera Menurut KH Bisri Syansuri', dan 'Peneguhan NKRI sebagai Upaya Final Bangsa'.
Tentang hormat bendera, diceritakan bahwa masyarakat menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan pandangan keagamaan. Para ulama Nahdlatul Ulama selalu hadir memberikan jawaban dan sudut pandang. Seperti yang dilakukan para kiai Jombang.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan