
Ketua Majelis Zikir Rotibul Haddad Jember, H Muhammad Agus Salim (berdiri) dan KHM Mushoddiq Fikri (duduk). (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Tak bisa dipungkiri bahwa ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah mempunyai kontribusi penting bagi terciptanya suasana kondusif dan relijius. Sebab ajaran Aswaja an-Nahdliyah selalu berpijak pada pada tiga prinsip, yaitu at-tawasuth (sikap tengah-tengah), at-tawazun (seimbang dalam segala hal), dan al-i'tidal (tegak lurus). Sementara dari sisi interaksi dengan sesama manusia, Aswaja menerapkan sikap tasamuh (toleransi). Prinsip inilah yang menjadi denyut nadi sikap Nahdliyin dalam beragama, berbangsa dan bernegra. Muara dari ajaran itu memposisikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin.
Adapun rangkaian kegiatan majelis ini adalah pembacaan zikir ratibul haddad, shalawat (simtut durar), dan kajian keislaman. Untuk kajian keislaman menggunakan kitab Sullamut Taufiq, Tafsir Jalalain, dan Arbain Nawawi. Pembacaan kitab itu diselang-seling dengan pengasuh utama, KH M. Mushoddiq Fikri (Ketua Dewan Pembina Majelis Zikir Ratibul Haddad).
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
3
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Amalan Persiapan kangge Mapag Wulan Ramadhan
5
Khutbah Jumat: Optimisme Adalah Kunci Kesuksesan
6
Hukum Trading Crypto dalam Islam: Apakah Crypto Menguntungkan atau Berisiko?
Terkini
Lihat Semua