Solo, NU Online
Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai pinggiran Kota Solo, Jawa Tengah, ‘Joko Tingkir’ yang diperankan oleh RMS Triyono tengah menyusuri sungai untuk menuju ke sebuah pulau, dengan menggunakan sebuah getek, ditemani beberapa prajurit.
<>
Saat dia hendak sampai di tepi pulau, tiba-tiba, datang empat ekor siluman buaya menyerang getek. Perahu pun menjadi oleng dan hampir membuat para penumpang tercebur. Namun, dengan sigap Joko Tingkir dan para prajurit berhasil mengamankan getek.
Adegan berikutnya, terjadi perkelahian antara Joko Tingkir melawan para siluman buaya. Kemudian, dengan kesaktian yang dimiliki, Joko Tingkir dengan mudah mengalahkan perlawanan siluman buaya. Setelah mengaku kalah, siluman buaya meminta maaf dan Joko Tingkir pun memaafkan mereka.
Adegan di atas, tentu bukan kisah nyata, melainkan hanya drama yang disuguhkan pada acara "Pekan Syawalan" yang diadakan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Surakarta, Ahad (3/8).
Koordinator acara, KP Winarno menjelaskan, drama ini dikemas sedemikian rupa untuk memberikan edukasi kepada warga akan nilai luhur yang dimiliki Joko Tingkir.
“Masyarakat bisa mencontoh perjuangan Joko Tingkir yang tetap kuat menghadapi rintangan. Sedangkan kita sebagai masyarakat (mesti kuat) melawan rintangan berupa hawa nafsu,” ujarnya.
Di akhir drama, Joko Tingkir membagikan ribuan ketupat kepada para pengunjung. Ketupat yang disusun dalam sebuah gunungan dibagikan sebagai wujud syukur atas keberhasilan menghadapi segala rintangan. (Ajie Najmuddin/Mahbib)