Buka puasa bersama secara begilir sebagai inovasi baru PCNU Kota Makassar dalam merawat kekuatan jamiiyah. (Foto: NU Online/Ridwan)
Makassar, NU Online
Ramadhan tahun ini, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) berinovasi dalam merawat tradisi keagamaan dan kekuatan organisasi (jamiyah) dengan cara buka puasa bersama secara bergiliran.
Amaliah Ramadhan ini digalakkan secara bergiliran lembaga dan Badan Otonom (Banom) PCNU Kota Makassar. Mereka secara bergantian menyediakan menu buka puasa di Kantor PCNU Makassar. Dari hari ketujuh Ramadhan hingga berakhir di hari 27 Ramadhan.
"NU Makassar melakukan buka puasa terus menerus itu sampai 20 kali. Dan hari ini ditutup merupakan simbol bahwa NU menjaga tradisi-tradisi keagamaan yang baik," kata Ketua PCNU Kota Makassar, KH Kaswad Sartono kepada NU Online, Ahad (9/5).
Menurutnya buka puasa bersama ini adalah inovasi baru PCNU Kota Makassar dalam merawat kekuatan jamiiyah. Seluruh lembaga dan Banom menyatu dan berdiskusi sebelum memasuki waktu berbuka puasa.
"Luar biasa lembaga dan Banom menyatu setiap sore, berdiskusi bagaimana pengembangan organisasi, upaya mewujudkan Islam wasathiyah, dan menjaga marwah Nahdatul Ulama," ucap Kepala Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Penaiszawa) Kemenag Sulsel itu.
"Hari ini kita lihat setiap MWC (Majelis Wakil Cabang) NU, Lembaga dan Banom berkumpul. Ini membuktikan bahwa semangat berorganisasi (mereka) itu baik," tambahnya.
Lebih lanjut Kiai Kaswad mengatakan bahwa semangat berorganisasi itu juga dibutuhkan dalam menjaga kekuatan jamiyah. Menurutnya, jika NU kuat, maka Indonesia akan damai dan tenteram. Dan empat pilar kebangsaan menjadi tugas bersama NU.
Dia juga menyampaikan, bahwa NU adalah lembaga kemasyarakatan yang didukung oleh sistem kaderisasi dan sistem kesadaran. Sehingga menurutnya, untuk menjaga kebesaran NU maka kuncinya adalah penguatan kader dan kesadaran kader dalam berlembaga.
Program buka puasa secara bergiliran ini dilakukan secara protokol kesehatan. Dengan jumlah peserta yang terbatas hanya perwakilan dari setiap lembaga dan banom serta tetap menjaga jarak dan menggunakan masker.
Kontributor: Ridwan
Editor: Kendi Setiawan