Dengan Rotan Berat Seton, Pendiri Sumber Gayam Bikin Gentar Penjajah
Ahad, 1 Maret 2020 | 07:00 WIB
Silaturrahim Daerah (Silatda) 1 dan Ijazah Kubro berlangsung khidmaH di Pondok Pesantren Al-Falah, Sumber Gayam, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Ahad (1/3). (Foto: NU Online/Hairul Anam)
Pamekasan, NU Online
Para penjajah berpikir beribu kali untuk menapakkan kakinya di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Sekali melangkah, mereka dipastikan hancur dan melayang jauh.
Kegentaran kolonial belanda bukan karena di pesantren tersebut kaya dengan pendekar, bukan pula lantaran penuh dengan bom.
"Tapi, mereka takut hanya pada sebatang rotan Pendiri Sumber Gayam, KH Ahmad Thoha," ungkap Pengasuh Matsaratul Huda, Panempan, Kabupaten Pamekasan, KH Kholilurrahman saat sambutan dan memberikan ijazah Asma'ul Hirzi dalam acara Silatda 1.
Dalam melawan penjajah, ungkai Kiai Kholilurrahman, Kiai Ahmad Thoha tidak berbekal senjata api, tidak pula celurut maupun bambu runcing.
"Tapi hanya dengan sebatang rotan tadi. Meskipun sekadar sebatang rotan, beratnya sampai seton. Hanya Kiai Ahmad Thoha yang dapat mengangkat dan menggunakannya," ungkap Kiai Kholilurrahman.
Kekuatan dari Allah yang dikandung rotan Kiai Ahmad Thoha itu, tambah mantan Bupati Kabupaten Pamekasan tersebut, tidak terlepas dari keistikamahannya dalam mengamalkan amaliyah an-Nahdliyah.
"Salah satunya beliau mengamalkan Asma'ul Hirzi sebagaimana diijazahkan pada kesempatan kali ini. Tentu pondasinya adalah keyakinan dan niat yang benar, yakni lillahi ta'ala," tegas Kiai Kholilurrahman.
Saat memerangi penjajah, Kiai Ahmad Thoha berijazah manjelin (rotan). Masing-masing manjelin beratnya 1 ton. Ketika dipukulkan ke penjajah, serasa dibebani barang 1 ton.
Di samping mengetengahkan kekaromahan Kiai Ahmad Thoha, Kiai Kholilurrahman juga menekankan pentingnya Kader Penggerak NU betul-betul berbuat. Tidak boleh diam, karena itu tanda pengkhianatan.
"Saya dapat laporan di Kabupaten Pamekasan sudah menggelar sebelas kali PKPNU, sebanyak 848 alumni dilahirkan. Sahabat-sahabat sekalian diharapkan menyebar membumikan paham Aswaja," terang Kiai Kholilurrahman.
Menurutnya, Aswaja bisa menjawab semua tantangan. Corona belum ditemukan di Indonesia, insyaallah karena di Indonesia ada NU.
"Ada gurauan belum terdeteksi karena alatnya belum canggih," tambah Kiai Kholilurrahman yang disambut gelak tawa hadirin.
Banyaknya pengajian yang dilestarikan NU, tegasnya, bisa jadi pelantara tertangkalnya penyakit. Sebab, kekuatan pengajian yang di dalamnya terdapat zikir dan shalawat, tidak bisa ditandingi dengan kekuatan medis.
Terkait Asmaul Hirzi, Kiai Kholilurrahman menegaskan ketika dibaca tartil, butuh waktu sekitar 7 menitan.
"Saya biasa baca usai shalat Magrib bersama santri. Doa tersebut dibaca istikamah minimal sekali dalam sehari selama tiga bulan, insyaallah mantih (terkabul). Apalagi dibaca tiga kali dalam sehari. Setelah itu bisa dibuktikan menebang pohon yang berrit (angker) yang bikin orang sakit saat menebangnya, insyaallah kita terhindari. Bisa mengusir syetan, bisa untuk kesembuhan pula," ungkapnya.
Setelah tiga bulan, ada amalan lain yang jadi sebagai pelengkap Asmail Hirzi. Itu bisa dibuktikan keampuhannya. Tujuan ukhrawi pijakannya.
"Asma'ul hirzi juga bisa mengobati penyakit yang berasal dari makhluk halus. Tentu atas izin Allah SWT," tukasnya.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR