Ra Anas saat menjadi pemateri ke-NU-an di MDS Rijalul Ansor Pamekasan. (Foto: NU Online/Hairul Anam)
Hairul Anam
Kontributor
Pamekasan, NU Online
Tokoh kiai muda Madura, Ra Muhammad Anas, menyedot perhatian publik saat hadir di acara Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Kecamatan Pamekasan Pimpinan Ranting (PR) GP Ansor Kelurahan Kolpajung di Masjid Nurrahman, Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (27/2) malam.
Ra Anas, panggilan akrab Wakil Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Pamekasan tersebut, menegaskan belakangan ini ada gerakan sistematis untuk menghancurkan Nahdlatul Ulama (NU) dari luar maupun dari dalam.
"Akhir-akhir ini ada upaya yang dilakukan oleh kelompok tertentu agar kepercayaan dan loyalitas warga NU atau Nahdliyin terkikis. Muaranya, Nahdliyin diharapkan meninggalkan organisasi yang didirikan oleh Hadlaratus Syekh KH. Muhammad Hashim Asy’ari tersebut,” turturnya.
Dibilang sistematis, kata Ra Anas, karena karena kelompok tersebut tampak secara massif dan tanpa jemu menyebarkan propagandanya melalui media-media yang dimiliki, memfitnah tokoh dan kiai-kiai NU.
"Mereka berstatemen, bergabung dengan NU tidak penting, karena yang lebih penting ialah berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja); dan ber-Aswaja, tidak harus NU. Dari sinilah kita perlu memahai Aswaja an-Nahdliyah, ber-Aswaja versi NU tentu beda dengan yang di luar NU," tegas Ra Anas.
Ra Anas menekankan kepada warga Nahdliyin, utamanya para pemuda yang tergabung di GP Ansor, jangan sampai berdiam diri menyaksikan fitnah terhadap NU meraja lela. Harus ada perlawanan.
"Perlawanan yang dimaksud tentu dengan gerakan positif. Setiap fitnah, hadapi dengan klarifikasi yang menunjung tinggi keramahan, tidak perlu dengan kata-kata maupun sikap amarah," tegas Ra Anas.
Selain itu, tambah Ra Anas, para pemuda NU dan Nahdliyin secara umum mesti ber-NU karena minimal 4 alasan logis. Alasan umat Islam di Indonesia harus bergabung bersama NU, bisa dibalut dengan keempat alasan tersebut.
“Pertama, NU istikamah mengawal atau menjalani ajaran Aswaja. Ragam godaan dan serangan beragam paham keagamaan, tidak mampu menggoyahkan NU beralih dari paham Aswaja,” terang Ra Anas.
Yang kedua, lanjut Ra Anas, sejak kali pertama didirikan, NU sampai saat ini tetap istikamah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Spirit persatuan ini menjadi ruh kebangsaan. Jika tercerabut, maka bangsa ini bisa berada di ambang kehancuran.
“Ketiga, NU istikamah melestarikan tradisi keagamaan. Apa yang kita lakukan berupa shalawatan, istighosah, dan ragam tradisi keagamaan lainnya, tidak lepas dari jasa besar NU. NU-lah yang dari dulu hingga sekarang melestarikannya tanpa pamrih,” lanjutnya.
Yang terakhir, NU, menurut Ra Anas, sanad keilmuannya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Kiai-kiai NU, khususnya di Madura, semuanya berguru kepada Syaikhana Muhammad Kholil Bangkalan, baik secara langsung maupun tidak.
"Semua umat mengakui, betapa sanad keilmuan Syaikhona Muhammad Kholil bersambung sampai kepada Rasulullah. Keilmuan dan kewaliannya telah menyejukkan umat dalam menjalankan ajaran agama," tukasnya.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua