Jember, NU Online
Dalam rangka mengantisipasi merebaknya gerakan radikal, Darus Salam Centre (DSC) Education And Peace Institute Jember, Jawa Timur menyelenggarakan seminar 'Pendidikan dan Pembinaan Sebagai Strategi Deradikalisasi' di Hotel Dafam Jember, Rabu (25/9).
Dalam seminar yang menghadirkan akademisi Universitas Jember, H Agus Lutfi dan Dandim Jember La Ode Muhammad Nurdin tersebut menghasilkan 5 kesimpulan.
Pertama, bahwa radikalisme dan ekstrimisme merupakan paham berbahaya yang berpotensi menciderai kerukunan dan mencabik-cabik persatuan bangsa. Maka upaya-upaya untuk membendung dan membatasi meluasnya paham radikal harus dilakukan sejak dini dengan pendekatan sinergi.
“Bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk simpul-simpul masyarakat. Sebab, kaum radikal juga bergerak melalui simpul masyarakat,” ujar Ketua DSC Education And Peace Institute, HM Misbahus Salam saat membacakan kesimpulan dari seminar tersebut.
Kedua, demi efektifitas dalam meminimalisir dan membatasi penyebaran virus radikalisme dan eksrimisme, maka terlebih harus diidentifikasi penyebab munculnya ‘virus’ tersebut. Dalam konteks ini, radikalisme terjadi karena adanya pemahaman yang salah terhadap ajaran agama dan kesalahpahaman yang disengaja.
“Kenapa bisa salah paham, bisa jadi karena mereka memang tidak paham, hanya sekedar tahu agama, tapi militansinya tinggi. Atau karena memang ada yang sengaja membiarkan atau bahkan mengajarkan tentang kesalahpahman itu. Misalnya perintah tentang jihad, hanya diartikan perang tanpa melihat konteksnya,” urai H Misbah.
Ketiga, cara paling efektif untuk melakukan deradikalisasi adalah dengan pendidikan dan pembinaan, yakni meluruskan pemahaman yang salah dengan pendekatan keilmuan.
"Keempat, posisi pendidikan sebagai ‘rumah’ deradikalisasi, maka pendidikan harus menyuguhkan konsep-konsep yang moderat, pendekatakan-pendakatan yang soft, terutama yang berkaitan dengan relasi negara dan agama," lanjutnya.
Kelima, deradikalisasi intinya adalah mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Karena, terlepas dari sikap-sikap radikal yang dilakukan, mereka adalah bagian dari kesatuan sosial.
“Sehingga, kita harus mengembalikan mereka pada pemahaman moderat dan menjadi satu kesatuan sosial masyarakat yang damai, toleran, dan berkeadaban,” pungkasnya.
Seminar tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat, Pagar Nusa, Muslimat NU, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz