Dosen Fakultas Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama NTB, Hadi Wijaya, mengajak seluruh pihak untuk mengoptimalkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Ia turut prihatin dengan tingkat literasi di NTB yang sangat rendah. GLS sejatinya telah berjalan empat tahun. Namun, gaungnya di NTB kurang terdengar.
“Hal ini mungkin disebabkan tidak tersosialisasikannya program ini dengan baik, sehingga tidak banyak sekolah yang melaksanakannya. Juga tidak banyak guru yang meningkatkan kapasitas dirinya dalam literasi," kata Hadi kepada NU Online di Mataram, Rabu (6/11).
Pembina Muda Mengajar Lombok ini menambahkan, Indonesia tercatat sebagai negara yang berhasil mengurangi angka buta huruf. Data United Nation Devloment Program (UNDP) tahun 2014 mencatat, tingkat melek huruf masyarakat kita mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8 % untuk kategori remaja.
“Ini membuktikan, Indonesia sudah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan,” ungkap Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FP UNU NTB ini.
Walaupun demikian, lanjut dia, saat ini tantangan yang sedang dihadapi adalah rendahnya minat baca penduduk Indonesia memiliki kemampuan literasi yang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Hadi, pada 2012 Indonesia berada di posisi ke-64 dari 65 negara peserta PISA (Program for International Student Assessment). Pada 2016, posisi Indonesia naik ke peringkat 60, satu tingkat di atas Bostwana.
“Oleh karena itu, GLS harus dikembangkan di sekolah baik pada jenjang pendidikan SD maupun SMP dan SMA. Agar lebih efisien, sebaiknya GLS dilaksanakan dengan tiga tahapan, yakni pertama Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca buku non-pelajaran,” terangnya.
Dia juga berharap perhatian lebih dari pemerintah provinsi dalam hal peningkatan minat baca di NTB. "PR besar pemprov NTB dalam mengoptimalkan Gerakan Literasi, mulai dari gerakan literasi keluarga, gerakan literasi sekolah, dan gerakan literasi nasional. Gerakan literasi ini diharapkan menunjang Pendidikan Budi Pekerti (Penguatan Pendidikan Karakter)," tambahnya.
Untuk itu, ia meminta pemprov NTB memprioritaskan gerakan literasi sebagai program unggulan NTB, melihat posisi IPM NTB yang selama ini stagnan pada level baw ah di Indonesia.
Kontributor: Hadi
Editor: Musthofa Asrori