Kudus, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Abdul Ghofur Maimoen, menceritakan dua ciri khas orang alim yang pintar dalam sebuah kisah zaman dahulu. Kisah itu ia tuturkan pada peringatan haul Almaghfurlah KH Ma’shoem Ahmad Lasem, Rabu (13/10).
“Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa zaman dulu ada orang yang membunuh 99 orang. Kemudian dia ingin bertaubat dan diarahkan untuk menemui seorang ahli ibadah,” ungkap Gus Ghofur, sapaan akrabnya.
Putra KH Maimoen Zubair itu melanjutkan, orang tersebut kemudian menemui langsung dan bertanya apakah dirinya dapat bertaubat.
“Ternyata orang ahli ibadah itu menjawab tidak bisa. Mungkin terkadang memang orang yang ahli ibadah itu bisa tahu orang yang banyak membunuh itu di hatinya terasa tidak nyaman,” ujarnya.
Akhirnya, lanjut Gus Ghofur, pembunuh itu kembali bertanya kepada ahli ibadah siapa gerangan yang mampu memberikannya jalan. Lalu, sang abid (ahli ibadah) pun menjawab bahwa yang bisa memberi jalan keluar adalah orang alim yang pintar.
“Ciri khas orang alim yang pintar itu pertama, dapat memberikan harapan kepada orang lain. Maka ketika ditanya apakah bisa bertaubat, maka orang alim yang pintar itu menjawab bisa,” terangnya.
Dirinya mengaku senang dengan orang-orang yang memberikan harapan, karena tidak membuat orang lain putus asa terhadap sesuatu. Kedua, lanjut Gus Ghofur, ciri khas orang alim yang pintar yakni memberikan solusi kepada orang lain.
“Pada kisah itu dijawablah, disuruh untuk pindah rumah. Kalau masih kumpul di daerah itu dan berkumpul dengan orang-orang yang buruk maka tidak akan bisa berubah menjadi baik. Hanya bisa berubah baik jika berkumpul dengan orang baik-baik,” jelasnya.
Gus Ghofur menambahkan, dirinya pernah membaca riwayat yang menjelaskan bahwa KH Ma’shoem Ahmad sering membangun masjid di daerah-daerah yang ada di Lasem. Ini dilakukan kira-kira agar orang di sekitar kalau tidak shalat akan menjadi sungkan sendiri.
“Jadi, solusinya itu tidak menyuruh untuk berbuat baik, tetapi dipaksa berbuat baik melalui lingkungan yang baik. Itu menjadi amaliah yang luar biasa,” pungkas Gus Ghofur.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori