Jakarta, NU Online
Menjadi terbaik ketiga pada ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2023 adalah prestasi bagi Rheiva Ratu Azellya. Dengan raihannya itu, ia sangat merasa bersyukur.
"Saya sangat bersyukur karena telah diberikan kesempatan berupa anugrah menjadi juara di provinsi,” katanya kepada NU Online pada Ahad (11/6/2023).
Mewakili Garut, santri Pondok Pesantren Fauzan berlomba di bidang nahwu pada marhalah wustha. Pilihan bidang tersebut itu atas arahan pembimbingnya. Pada babak penyisihan, ia mendapat maqro tentang i’rab kalimat fi’il, sedangkan saat final, ia membaca bab badal hingga bab masdar.
Sayangnya, Ratu harus puas dengan juara tiga karena saat babak final, ia tidak dapat menjawab pertanyaan juri berkaitan dengan isytighal dan tanazu’. Ketidakmampuannya dalam menjawab pertanyaan itu karena memang dia mengaku belum mempelajari hal tersebut.
"Pada saat itu saya tidak bisa menjawab karena saya memang belum mempelajari bab tentang penjelasan terkait yang dibahas," katanya.
Ratu sendiri pernah menjadi terbaik pertama pada ajang MQK di tingkat Kabupaten Garut. Bukan bidang nahwu, di tingkat ula itu, ia justru mengikuti lomba di bidang fiqih, dengan kitab yang dibaca adalah Safinatun Najah. "Saya memang sudah mempelajari fiqih safinah itu baik di sekolah maupun di pesantren," katanya.
Saat ditunjuk untuk mengikuti lomba tingkat provinsi pada bidang nahwu, ia mengaku sangat khawatir tidak bisa tampil dengan baik. Pasalnya, pada saat itu, ia baru menyelesaikan munaqosyah di sekolah. Karena kurang persiapan, ia merasa kurang percaya diri, meskipun ia tetap tampil mengikuti arahan pembimbingnya. Namun, nyatanya ia berhasil menjadi terbaik ketiga, sesuatu yang tidak disangkanya.
"Tapi ternyata saya mendapat posisi ketiga pada tiga terbaik dari putri. Saya bersyukur sekali bisa mendapatkan kesempatan tersebut," katanya.
Raihan juara tiga ini menjadi catatan penting bagi Ratu. Ia menyadari bahwa kemampuannya di bidang nahwu itu masih sangat terbatas sehingga perlu untuk terus belajar lagi. "Saya harus lebih giat lagi belajar. Jangan merasa puas dengan apa yang baru saya raih," lanjutnya.
Senada, Siti Hafsoh Munawaroh juga mengaku senang dan bersyukur atas anugerah terbaik ketiga MQK Jawa Barat pada bidang fiqih marhalah wustha dengan kitab yang dibacanya adalah Fathul Qarib. Pilihan bidang tersebut tentu dijalaninya atas arahan dari ustadz di Pondok Pesantren Fauzan, tempatnya mengenyam pendidikan keagamaan.
Saat babak penyisihan, Hafsoh membaca bab had saraqah (sanksi pencurian), sedangkan pada babak final, ia membaca tentang haid, istihadoh, dan nifas. Saat sesi tanya jawab, juri memberikannya pertanyaan berkaitan dengan substansi yang dibacanya, maupun kaidah tata bahasa Arabnya. Perihal substansi fiqihnya, ia ditanya mengenai aplikasi masa haid pada kehidupan sehari hari dan definisi mencuri. Sementara dari sisi nahwiyah (tata bahasa Arab), ia ditanya berkaitan dengan kedudukan setiap kata yang dibacanya.
Hafsoh yang pernah meraih terbaik pertama pada ajang MQK tingkat Kabupaten Garut itu merasakan atmosfer yang berbeda. Meskipun pernah menjadi terbaik pada bidang fiqih ula dan hadits ula dengan kitab Safinatun Najah dan Al-Arbain an-Nawawiyah, tentu ada hal yang berbeda ketika ia duduk di marhalah di atasnya, wustha dengan kitab yang berbeda dibacanya, apalagi hal tersebut dilaksanakan di tingkat provinsi. "Rasanya maqra-nya lebih luas. Jadi harus lebih ekstra segalanya," katanya.
Sementara itu, Tubagus Bandi Rachman yang menjadi pembimbing keduanya mengaku bersyukur atas raihan dua anak didiknya itu. Ia menyampaikan bahwa tidak ada bimbingan ekstra dari pondok kepada para santri diberikan karena waktu yang sangat sempit.
"Pembimbingan seperti biasa sama saat jadwal pengajian di pondok. Kami tidak melakukan pembinaan ekstra dikarenakan jadwal MQK yang begitu mendadak," katanya.
Sebagai pembimbing, ia menyampaikan kepada dua santri tersebut bahwa tidak boleh berpuas diri dengan apa yang telah dicapai, tetapi justru harus terus semakin giat belajar dan belajar menambah ilmu agar mencapai hasil dan keberkahan yang lebih baik lagi.
"Saya sampaikan agar anak-anak terus semangat belajar. Jadikan ajang lomba ini pembelajaran, pengalaman, dan juga menambah jam terbang anak-anak dalam lomba tingkat provinsi, juga tak lupa sebagai ajang silaturahim," pungkasnya.
Sebagai informasi, MQK Jawa Barat ini berlangsung pada tanggal 4-7 Juni di Sutan Raja Hotel Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan