Daerah

IPNU-IPPNU Banjar Gelar Deklarasi Tolak Paham Radikal

Rabu, 14 Juni 2017 | 10:32 WIB

Banjar, NU Online
Ratusan pelajar anggota IPNU-IPPNU Kota Banjar menggelar deklarasi penolakan paham radikal di sela-sela pelantikan kepengurusan baru masa khidmat 2017-2018 di Gedung Dakwah Masjid Agung Langensari Kota Banjar, Selasa (13/06/2017).

Acara deklarasi tersebut, dihadiri PMII Kota Banjar, Ketua Aswaja Center Tasikmalaya, Anggota DPRD Kota Banjar, GP Ansor Banjar, Banser serta undangan lainnya.

Dalam kesempatan itu, Azi Muhammad Iqbal, Ketua IPNU Banjar, menegaskan, bahwa penyebaran paham radikal cukup signifikan. Bahkan, mereka memanfaatkan mulai dari anak-anak hingga usia dewasa. Dengan menanamkan pemahaman radikal, tentu tujuannya agar massa pendukungnya semakin banyak.

"Kita sangat khawatir sekali bila paham itu menyusup secara perlahan dan sistematis. Apalagi sarana saat ini seperti internet mudah dijangkau dan digunakan oleh siapapun. Dari itu, kita sebagai benteng Aswaja dari kalangan pelajar berkomitmen untuk mengantisipasinya," tegas Azi. 

Ia melihat, penyebaran ujaran kebencian melalui berbagai media baik internet, selebaran di tempat umum, masuk ke tempat sentral ibadah, masjid, maupun ke lembaga pendidikan menjadi tugas bersama agar warga Nahdliyin terus mewaspadai dan menghentikannya. 

Bila tak demikian, kata Azi, Indonesia yang menjadi negara Muslim terbesar di dunia akan ternodai karena tak lagi ada kedamaian seperti yang sudah melekat kepada bangsa ini.

"Kongkritnya, diskusi dengan para pelajar soal Islam damai serta pemberian materi keaswajaan dalam berbagai kesempatan jangan sampai terlewatkan. Satu lagi, mendekatkan para pelajar dengan para kiai NU juga tidak kalah penting agar kesan jalan sendiri tak ada," pungkasnya. 

Sementara itu, Ketua Aswaja Center Tasikmalaya, Yayan Bunyamin, menegaskan langkah sederhana agar masyarakat bisa terhindar paham radikal. Di antara langkah tersebu, Yayan menganjurkan agar masyarakat mendengarkan dan mendekati para kiai di kampung atau di sekitar lingkungan masing-masing. Sebab, dengan itu akan lebih memudahkan masyarakat memahami secara langsung ilmu keagamaan dari sumberny yang kompeten.

"Saran saya juga kita jangan terjebak jargon yang mengatasnamakan Islam tok, jadi harus jelas asal usulnya. Jika kita terjebak di sana, niscaya benih-benih paham radikal yang disusupkan akan menggoyahkan kita dan berujung tindakan radikal atas nama agama," paparnya kepada NU Online disela-sela buka bersama dalam kegiatan tersebut.

Terakhir, lanjut Yayan, masyarakat diharapkan tidak mengakses atau menjadikan rujukan website yang kerap menggunakan bahasa kotor, provokatif serta konten yang menimbulkan kebencian antar sesama. Ia menganjurkan untuk sesering mungkin menyaring informasi agar tidak dikonsumsi mentah-mentah.

"Saya juga prihatin banyak yang menggunakan dalil Al-Qur'an terjemahan untuk dijadikan hujjah dalam berbagai persoalan. Padahal, untuk memahami ayatnya itu perlu kemampuan dari berbagai bidang ilmu," pungkasnya. (Muhafid/Mukafi Niam)


Terkait