Daerah

Jamaah Tarekat Syattariyah di Aceh Mulai Puasa Ramadhan 1446 H Hari Kamis

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:15 WIB

Jamaah Tarekat Syattariyah di Aceh Mulai Puasa Ramadhan 1446 H Hari Kamis

Ilustrasi puasa. (Foto: NU Online)

Banda Aceh, NU Online

Umat Muslim pengikut Tarekat Syattariyah Abu Muda Seunagan di Aceh mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1446 Hijriah pada hari ini, Kamis (27/2/2025). Keputusan ini diambil berdasarkan kesepakatan para ulama tarekat yang mengacu pada metode hisab tradisional yang telah diwarisi secara turun-temurun.


Cucu Abu Muda Seunagan, Abu Said Kamaruddin, menjelaskan bahwa penetapan awal Ramadhan dilakukan melalui perhitungan khusus yang menjadi pedoman tarekat. Mereka menggunakan metode hisab bilangan lima dan lima tahun bilangan naik, yang menurut perhitungan tersebut, awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis dan jumlah hari puasa genap 30 hari.


“Kamis mulai puasa. Ini hasil kesepakatan para ulama dan teungku-teungku dayah,” ujarnya


Abu Said mengatakan Tarekat Syattariyah yang mengikuti ajaran Habib Muda Seunagan memiliki pengikut yang tersebar luas di berbagai daerah di Aceh. Selain di Kabupaten Nagan Raya, pusat asal tarekat ini, jemaah juga banyak ditemukan di Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh Barat, Gayo Lues, hingga Pidie.


"Setiap menjelang Ramadhan, para ulama tarekat biasanya mengadakan musyawarah untuk menentukan awal bulan suci. Musyawarah ini melibatkan para teungku dayah yang berperan penting dalam membimbing jemaah agar menjalankan ibadah sesuai tradisi tarekat yang mereka yakin, " sambungnya. 


“Ini bukan hal baru bagi kami. Sejak dulu, tarekat ini memang punya cara perhitungan sendiri untuk menentukan awal Ramadan dan Idulfitri,” kata Tgk. Muhammad, salah satu teungku dayah di Nagan Raya.


Meskipun memulai puasa lebih awal dibandingkan mayoritas umat Islam di Aceh yang mengikuti penetapan pemerintah, Abu Said mengimbau para pengikut tarekat agar tetap menjaga persaudaraan dan saling menghormati.


“Kami berharap pengikut tarekat bisa menjaga sikap, menghormati saudara-saudara kita yang belum mulai berpuasa hari ini. Perbedaan ini adalah bagian dari kekayaan khazanah Islam yang perlu kita sikapi dengan bijak,” katanya.


Ia juga mengingatkan jemaah agar menjalani Ramadan dengan penuh kesungguhan, memperbanyak ibadah, dan menjaga lisan serta perbuatan agar tidak mengurangi pahala puasa.


“Ibadah puasa ini hendaknya dijalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Mari kita jaga diri dari hal-hal yang bisa membatalkan atau mengurangi pahala puasa, agar ibadah kita diterima Allah SWT dan kita mendapatkan rahmat-Nya,” tutupnya.


Sementara itu, Ketua Ansor Aceh H Azwar A Gani mengatakan bahwa perbedaan pendapat awal Ramadhan itu harus disikapi secara positif dan bijaksana. Terkait awal Ramadhan dirinya juga jajaran Ansor dan Nahdliyin tetap mengikuti pengumuman pemerintah. 


"Berdasarkan kajian ilmu falakiyah untuk tahun ini penentuan awal Ramadhan Aceh menjadi kunci karena wilayah Aceh yang berpotensi bisa dilakukan rukyatul hilal berdasarkan kriteria MABIMS, " ujarnya.


Pria yang akrab disapa Baginda mengatakan berdasarkan perhitungan falak, tinggi hilal saat matahari terbenam di Sabang mencapai 4 derajat 40 menit, dengan elongasi terbesar 6 derajat 24 menit di Lhoknga. Ini artinya, hilal berpotensi bisa dilihat secara langsung jika cuaca cerah. 


Lebih lanjut, Baginda menyebutkan kalau tidak ada laporan hilal yang terlihat, PBNU kemungkinan akan mengistikmalkan bulan Sya'ban menjadi 30 hari. Sementara pemerintah bisa menetapkan awal Ramadhan berdasarkan data hisab yang menunjukkan hilal sudah memenuhi kriteria imkanur rukyah di Aceh.


Baginda mengajak umat Islam untuk menerima keputusan pemerintah dengan lapang dada dan mengutamakan persatuan. “Perbedaan itu hal biasa. Yang penting kita saling menghormati dan menjaga ukhuwah Islamiyah, " pintanya.