Suasana pengunjung tradisi Dhandangan di Kudus, Jawa Tengah pada malam hari. Tradisi Dhandangan digelar untuk menyambut bulan Ramadhan biasanya berlangsung hingga sepekan. (Foto: NU Online/ Afina)
Kudus, NU Online
Dhandangan menjadi tradisi tahunan menjelang datangnya bulan Ramadhan di Kota Kudus, Jawa Tengah. Momentum tersebut disambut suka cita oleh masyarakat Kudus. Pasalnya dimeriahkan layaknya pasar malam yang diselenggarakan kurang lebih selama seminggu sehingga ekonomi warga menggeliat. Penanda masuknya bulan Ramadhan itu menjadi tradisi penting bagi umat Islam di Kudus yang kehadirannya tidak lepas dari peran Sunan Kudus.
Ketua Lakpesdam PCNU Kudus, KH Nur Said menuturkan bahwa tradisi Dhandangan dicetuskan oleh Sunan Kudus. Tradisi itu bermula dari kebiasaan mendengarkan pengumuman dari sesepuh masjid Menara Kudus mengenai kapan dimulainya hari pertama puasa.
“Pengumuman itu diawali dengan pemukulan beduk yang berbunyi dhang-dhang-dhang. Bunyi beduk itulah yang memunculkan kata Dhandangan sehingga kebiasaan tersebut dikenal dengan tradisi Dhandangan,” tutur Kiai Nur Said kepada NU Online, Kamis (16/3/2023).
Pengasuh Pesantren Riset Mahasiswa (PRISMA) Quranuna Kudus itu menjelaskan, salah satu fenomena budaya bagi masyarakat Kudus Kulon dalam tradisi Dhandangan terutama pada puluhan tahun yang lalu adalah menjadikan momentum tersebut sebagai ajang silaturrahim antarsanak saudara. Bahkan tak jarang momentum Dhandangan juga menjadi media ta’aruf agar orang tua yang memiliki anak putri segera menemukan jodohnya.
“Namun kini sudah mengalami pergeseran. Tradisi Dhandangan sudah milik publik dengan berbagai kepentingan yang ada, baik kepentingan ekonomi, politik, sosial, budaya maupun keagamaan. Dari berbagai kepentingan tersebut muaranya tetap berakar pada etos Gusjigang (Bagus, Ngaji, dan Dagang) yang dikenal masyarakat sekitar sebagai warisan budaya Kangjeng Sunan Kudus,” jelasnya.
Baca Juga
3 Amalan Utama Menyambut Ramadhan
Momentum Dhandangan yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid menara kembali di gelar setelah vakum akibat Covid-19. Geliat ekonomi begitu terlihat di sepanjang jalan Sunan Kudus, jalan simpang tujuh, dan jalan ramelan dari tanggal 11-22 Maret 2023.
Salah seorang penjual makanan, Zamris mengaku bahagia turut memeriahkan tradisi dhandangan yang kembali digelar setelah vakum akibat Covid-19. Ia turut menjajakan makanan yang diproduksi oleh keluarganya sendiri.
“Alhamdulillah, saya sangat antusias. Mungkin karena sudah lama Dhandangan ini ditiadakan akhirnya masyarakat seperti bernostalgia dengan berbondong-bondong mendatangi event ini. Banyak juga yang mendatangi tenda saya untuk membeli produk yang saya jual,” ujarnya.
Zamris menjual makanan ringan seperti kerupuk kulit kerbau, usus krispi, hingga berbagai rasa bakso goreng. “Dari sore hingga malam jajanan yang saya bawa bisa ludes terjual. Semoga dengan adanya tradisi dhandangan dapat membawa berkah tersendiri bagi kami,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad