Suasana dialog ke-NU-an dan sejarah Islam Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Proppo. (Foto: NU Online/Hairul Anam)
Pamekasan, NU Online
Sejarah keislaman dan kebangsaan wajib dipelajari oleh generasi bangsa, utamanya para kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Sebab, dengan sejarah, cakrawala berpikir akan bertambah luas. Dalam menyikapi masalah pun, GP Ansor kuasa mengedepankan sikap ramah ketimbang amarah.
Demikian ditegaskan Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor, Gus Imam Hanafi, dalam kegiatan dialog ke-NU-an dan Sejarah Islam di Desa Bejjenan, Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (26/2) malam. Kegiatan yang diisi oleh Ketua MDS Rijalul Ansor Kabupaten Pamekasan, Ra Maltuful Anam, sedikitnya dihadiri oleh 80 pengurus dan kader GP Ansor.
Diterangan Gus Imam Hanafi, sejarah kebangsaan dan keislaman di bumi pertiwi ini, tidak dapat dilepaskan dari perjuangan para kiai NU. Sayangnya, buku-buku sejarah di sekolah-sekolah hingga kini masih mengabaikannya. Kendati pun pada akhirnya banyak buku penelitian menggali dan mensyiarkan sejarah tersebut ke permukaan.
"Kami mengimbau kepada seluruh kader GP Ansor untuk melek sejarah, utamanya berkenaan dengan bagaimana perjalanan Nahdlatul Ulama dari masa ke masa, perjuangan para kiai yang tidak mengenal lelah menjaga akidah Ahlus sunnah wal Jama’ah, dan menjaga keutuhan bangsa dan negara," tegasnya.
Seharusnya, kata Gus Imam Hanafi, spirit perjuangan para Kiai NU menjadi cerminan untuk kebangkitan pemuda NU. Yakni, menuju kebangkitan NU di masa yang akan datang.
Melalui momen bulan Rajab, kata Gus Imam Hanafi, hendaknya para kader GP Ansor juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan memperbanyak zikir dan shalawat. Itu perlu dilakukan tiada lain untuk tegaknya agama Islam dan demi jayanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Mari kita berkhidmah pada agama dan negara lewat NU. Sebab, NU merupakan organisasi yang didirikan oleh waliyullah untuk menjalankan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan," tukasnya.
Kader GP Ansor dan masyarakat Indonesia secara umum, tekannya, harus berterima kasih kepada para kiai NU dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab, mereka telah berjasa menguatkan tonggak keagamaan dan kebangsaan.
"Kebangsaan dan keagamaan ini mesti melebur dalam diri kita. Jangan dipisah. Kita mesti bersyukur bisa menjalankan ajaran agama berkat kedamaian bangsa," ujarnya.
Para ulama dan kiai NU terus berusaha untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian. Itu karena mereka menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menebarkan Islam yang rahmatal lil’alamin. Sehingga terciptalah harmoni kebangsaan.
"Dengam harmoni kebangsaan, tidak ada pertengkaran, tidak ada gejolak, tidak ada perang, kita bisa leluasa dan tenang menjalankan segala perintah agama. Sekali lagi, kita mesti berterima kasih kepada para kiai NU dan pendiri bangsa ini. Semoga mereka masuk surga tanpa hisab," tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Katib PCNU Pamekasan KH Ach Fudholi mengimbau agar kader GP Ansor selalu berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama, selalu sabar, istikamah dan tetap semangat menjalankan roda organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.
"Di Nahdlatul Ulama tidak ada kepentingan bersama, yang ada hanyalah cita-cita bersama, diperlukan ikhlas, sabar, istikamah dalam mengabdi di Nahdlatul Ulama. Mengabdi tanpa batas," tukasnya.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR