Daerah

Kasih Sayang Ucapan dan Perbuatan Kunci Kebahagiaan

Kamis, 5 Juni 2014 | 16:00 WIB

Lamongan, NU Online
Kehadiran NU di bumi Indonesia didasari rahmatan lil alamin. Oleh karenanya kehadiran pengurus baru PCNU Lamongan sekarang ini pun juga harus berdasarkan kasih sayang dalam segala ucapan dan perbuatan terhadap sesama warga Indonesia.
<>
Demikianlah sambutan yang disampaikan oleh rois suriyah Drs. KH. Agus Abdul Madjid dalam pelantikan PCNU Lamongan sekaligus peringatan Harlah NU ke-91 di alun-alun kota lamongan, Rabu, (4/5).

Harlah dengan tema, merawat tradisi, memakmurkan bumi dan menjaga keutuhan NKRI ini, KH. Agus Abdul Madjid yang baru dilantik menjadi Rais Suriyah menyampaikan sambutan dengan tema “kasih sayang kunci kebahagiaan”.

Menurut dia, siapapun, baik secara individu maupun organisasi agar memperoleh kasih sayang Allah SWT dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan berorganisasi, bermasyarakat dan bernegara.

“Ingat, wujud kita di bumi ini adalah hasil kasih sayang seorang ayah dan ibu. Kasih sayang adalah ucapan dan tindakan kita sehari-hari yang harus diamalkan dan dilestarikan sebagaimana nama Allah ar Rahman dan ar Rahim,” terangnya.

Ia menambahkan, begitu pula Nabi Muhamad bersifat roufur rahim dan kerasulannya adalah rahmatan lil alamin, serta perintahnya kepada kita agar berlaku rahman dan rahim atau kasih sayang.

Lanjut ia mengatakan, di dalam memulai sesuatu agar didasari kasih sayang dengan menyebut bismillahhi rrahmanir rahim, dan apabila bertemu seseorang disunnahkan pula mengucapkan salam. Bahkan ketika menyebut seseorang yang telah meninggal dunia pun kita disunnahkan menggunakan sebutan almarhun, semua menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang sesama makhluk Allah.

“Allah berfirman dalam surat asy Syuaro’ ayat 215, wahfidz janaahaka limanit taba’aka minal mu’miniin. Dan rendahkanlah sayapmu yakni (belas kasihanilah) terhadap orang-orang mu’min yang mengikutimu (pengikut-prngikutmu), terang beliau.

Ia mengimbau, jangan wadak, jangan kasar, jangan keras kepala, jangan mengancam, jangan memaksakan kehendak, jangan  meneror, jangan mengintimidasi dan jangan dendam terhadap sesama.

“Kebaikan balaslah dengan kebaikan, tetapi kejahatan jangan dibalas karena kejahatan, karena itu madharatnya akan kembali pada pelakunya,” pungkasnya. (Hepi Ikmal/Abdullah Alawi)



Terkait