Pelatihan pengkaderan pengelola media pesantren di aula Yapisma Sukamantri Tanjungkerta Sumedang (Foto: NU Online/Ihsan)
Sumedang, NU Online
Sebagian besar perkembangan pesantren di Indonesia yang telah masyhur, rata-rata diimbangi oleh perkembangan pengelolaan media cetak maupun online di tiap pesantrennya.
"Media sarana yang efektif untuk menyampaikan kabar kegiatan maupun perkembangan pesantren. Selain itu juga menjadi ajang latihan menyampaikan gagasan dan ide seputar pesantren," ujar pengelola media online Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, Sumedang, Jawa Barat, Ayi Abdul Qohar, Jumat (21/8).
Dikatakan, dahulu sebelum hadirnya teknologi dan internet. Mengabdi kepada pesantren biasanya hanya sebatas membantu kiai mengurus ternak, kebun, menjadi supir pribadi kiai, dan membantu memasak di dapur pesantren.
"Berbeda dengan zaman sekarang, mengabdi kepada pesantren selain yang saya sebutkan, bisa juga dengan cara mengelola media pesantren," ujarnya saat mengisi pelatihan pengaderan pengelola media pesantren di aula Yapisma Sukamantri Tanjungkerta Sumedang.
Dijelaskan, seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi dan telah masuk ke dalam era revolusi industri 4.0, di mana kecanggihan teknologi dan internet menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap orang guna memudahkan aktivitas sehari-hari.
"Banyak manfaat yang didapat jika pesantren memiliki media. Salah satunya bisa menjadikan nama suatu pesantren mudah dikenal. Dengan mengikuti perkembangan zaman, mengelola media bisa membantu memajukan ekonomi pesantren, menambah wawasan santri tentang teknologi, memudahkan untuk menyebarkan ilmu agama, dan informasi seputar pesantren," paparnya.
Saat ini lanjutnya, eksistensi pesantren di kalangan masyarakat tidak hanya dengan mencetak alumni yang berprestasi. Tapi pengelolaan media online pesantren juga menjadi salah satu daya saing dan eksistensi sesama pesantren di Indonesia.
"Alumni pesantren saat ini tidak cukup dibekali keahlian dalam ilmu agama. Tapi para alumni pesantren juga harus dibekali keahlian mengelola media cetak maupun online guna mengimbangi perkembangan zaman," ucapnya.
"Jangan sampai dakwah-dakwah di dunia maya dikuasai oleh orang-orang radikal yang tidak faham makna islam rahmatan lil alamin," sambungnya.
Disampaikan, santri dan alumni pesantren harus pandai berdakwah di media online dengan menyampaikan wujud Islam rahmatan lil alamin, Islam yang ramah bukan yang marah.
"Menegakkan Islam yang mengajak bukan mengejek serta mewujudkan Islam yang merangkul, bukan yang memukul," pungkasnya.
Kontributor: Zidan, Ihsan
Editor: Abdul Muiz