Surabaya, NU Online
Terkait penyebaran virus Corona, Jawa Timur mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat. Hal tersebut lantaran angka positif Covid-19 tidak kunjung turunm bahkan di provinsi ini masih tertinggi secara nasional.
Bagaimana kiprah dan ikhtiar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dalam menangani virus ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pusat, Doni Monardo melakukan silaturahim.
Juga hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi. Keduanya bersama rombongan diterima Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar bersama pengurus lain di lantai dua kantor setempat.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Tanggap Covid-19 PWNU Jatim, dokter Edy Suyanto mempresentasikan langkah yang telah dilakukan kepada Menko PMK dan Kepala BNPB.
“Ada empat kunci melawan Covid-19 dalam mewujudkan new normal, pertama adalah iman keyakinan kepada Allah,” kata dokter Edy, Kamis (16/7).
Sedangkan yang kedua adalah imun yakni menjaga kesehatan tubuh. Ketiga aman yaitu menjaga jarak dan menjaga kebersihan, dan keempat adalah amin yaitu mengimbangai ikhtiar serta tawakkal.
Selain itu, dokter Edy menyampaikan ada lima langkah yang dilakukan PWNU Jawa Timur. Pertama adalah sosialisasi hidup bersih dan sehat.
“Kedua, yakni komunikasi untuk pendekatan, pendampingan, literasi kepada masyarakat,” katanya.
Berikutnya adalah edukasi dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat. Berikutnya legislasi yakni memberikan informasi tentang aturan yang berlaku.
“Terakhir adalah koordinasi dengan pejabat serta dengan NU di tingkat bawah,” terangnya.
Sedangkan ikhtiar di kalangan keluarga dan santri adalah membangun disiplin, membangun pola hidup dan membangun daya tahan. Dan semuanya menjadi kunci bagi kesuksesan dalam penanganan virus Corona.
Doni Monardo mengatakan apa yang dilakukan dan menjadi ikhtiar para kiai dalam penangan Covid-19 patut mendapat dukung bersama. Dan konsep menghijaukan Jawa Timur tersebut sangat luar biasa.
Namun, Doni juga mengatakan saat Flu Spanyol 100 tahun lalu, angka kematian juga tertinggi di Jatim. Waktu itu yang terbanyak wilayah nusantara, masih berupa kerajaan dan dikuasai Belanda, tahun 1918 belum jadi republik. Paling banyak korban di Madura.
“23 persen populasi warga Madura meninggal dunia, bukan dari yang terpapar, tapi dari populasi,” jelasnya.
Karena itu dirinya meminta kepada NU untuk turut aktif dalam penanganan virus Corona.
“Peran para kiai sangat kami butuhkan dalam percepatan penanangan Covid-19 terutama di Jawa Timur,” pinta Doni.
Kontributor: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi