Bangkalan, NU Online
Warga Bangkalan, Jawa Timur sangat kehilangan atas meninggalnya RKH Fuad Amin Imron. Pada prosesi pemakaman cicit Syaikhana Kholil tersebut, banyak masyarakat yang berebut untuk memegang dan menjalankan tandu jenazah.
KH Marzuki Mustamar selaku Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur juga menyampaikan duka mendalam. Sebelum memimpin shalat jenazah untuk almarhum di Masjid Agung Bangkalan, disampaikan bahwa banyak kebaikan yang telah diperbuat Ra Fuad (sapaan RKH Fuad Amin Imron).
“Kaum Muslimin warga NU Jawa Timur rahimakumullah. Kami Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur benar-benar merasakan duka yang sangat mendalam atas wafatnya cucu (cicit, red) Syaikhona Kholil Bangkalan yaitu Ra Fuad Amin,” katanya, Selasa (17/9) .
Menurut Kiai Marzuki, Ra Fuad adalah orang baik dengan sejumlah jasa yang telah diperbuat untuk umat, khususnya warga Bangkalan.
“Raden Kiai Haji Fuad Amin Imron ini orang yang baik. Beliau orang baik. Saya bersaksi, beliau ini orang yang baik,” ucapnya dengan suara lantang diiringi isak tangis.
Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Kota Malang tersebut, bahwa sosok Ra Fuad merupakan salah satu tokoh sentral baik untuk masyarakat Madura, bahkan di Jawa Timur.
“Banyak kebijakan NU maupun pemerintah yang alhamdulillah dengan tangan dingin beliau bisa benar-benar menguntungkan masyarakat, menguntungkan umat. Sekalipun mungkin orang lain menganggapnya kontroversial,” katanya.
Secara khusus, dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini menyebutkan beberapa langkah nyata yang telah dilakukan almarhum. Termasuk jalan kembar akses dari dan menuju Suramadu, masjid makbarah Syaikhona Kholil dan lain sebagainya.
“Itu untuk umat, ini jasa beliau,” ungkapnya. Termasuk adanya kampung yang dibendung supaya air asin dari laut tidak masuk, lanjutnya.
Namun demikian, Kiai Marzuki tidak menampik pandangan sebagian kalangan yang mengemukakan bahwa Ra Fuad sebagai sosok kontroversial. Dan hal tersebut sebagai sebuah hal yang biasa dari setiap orang.
“Perkara orang menganggap kontroversial, biasa lah. Tidak semua orang mesti senang, tidak semua orang mesti setuju,” tegasnya.
Kiai Marzuki berkeyakinan, Syaikhona Kholil Bangkalan sebagai buyutnya, tidak tinggal diam. Justru akan memberikan yang terbaik untuk seluruh anak cucu, santri, maupun murid-muridnya.
“Rasulullah SAW terhadap keluarganya, sanak familinya yang mungkin tidak semuanya Muslim, semua akan dibasahi dengan percikan syafaat,” urainya. Sosok seperti Abu Thalib, Abi Lahab akan memperoleh keringanan siksa, lanjutnya.
“Tentu Syaikhona yang juga meniru Rasulullah SAW kepada anak cucunya, murid-muridnya, santrinya, warga NU, saya yakin akan berbuat yang sama. Tidak rela kalau muridnya, santrinya, anak cucunya disiksa Allah SWT,” terangnya.
Di ujung sambutan, Kiai Marzuki mendoakan semoga amal kebaikan Ra Fuad diterima Allah dan dosanya diampuni. Serta yang terpenting mendapat syafaat dari buyutnya yakni Syaikhona Kholil Bangkalan. Termasuk mendoakan keluarga yang ditinggalkan.
“Kepada anak cucu, keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah menjaga iman mereka,” pungkas Kiai Marzuki.
Sambutan Warga
Dalam pantauan media ini, masyarakat telah memadati rumah duka sejak jenazah tiba Senin (16/9) malam. Berlanjut hingga pagi hari, masyarakat semakin ramai dan bergantian mendoakan almarhum, hingga pukul 09.00 saat jenazah mulai diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Letnan Mestu ke Masjid Agung untuk dishalatkan.
Tak sampai di situ, ribuan orang juga mengiringi jenazah Ra Fuad dengan berjalan kaki dari Masjid Agung hingga Masjid Martajasah atau lokasi pemakaman.
Sebelumnya, mantan Bupati Bangkalan tersebut dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 16.00 WIB Senin. Almarhum wafat pada usia 71 tahun di RS Dr Soetomo Gedung Graha Amerta lantai 6 di ruang VIP. Penyebabnya penyakit jantung yang telah diderita beberapa tahun terakhir.
Pewarta: Abdullah Hafidi
Editor: Ibnu Nawawi