Kudus, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) yang sudah memasuki usia 90 tahun wajib disyukuri. Pasalnya, sejak kelahirannya hingga sekarang, Nahdlatul Ulama telah mampu memberikan sumbangsih, berkontribusi pada agama, nusa dan bangsa.
<>
“Kita wajib bersyukur kepada Allah yang memberi nikmat sehingga 90 tahun NU masih bertahan melaksanakan tugas dan tanggung jawab organisasi dengan selamat,” kata Ketua PCNU Kudus KH Chusnan Ms dalam acara tasyarakuran Harlah ke-90 NU di kantor NU Jl Pramuka 20 Kudus, Ahad malam (26/5).
KH Chusnan merefleksikan bahwa sejak berdiri hingga sekarang NU terus berupaya seoptimal mungkin menajamkan kepekaannya pada beberapa hal yang cukup mendasar. Diantaranya, menjalin silaturrahim, komunikasi intensif antar ulama, tokoh masyarakat dan umaro dalam rangka mendorong umat agar terbebas dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan kesengsaraan.
“Lebih utama lagi peran NU mendorong kemampuan swadaya masyarakat sebagai dasar terbangunnya masyarakat tamaddun,” tandasnya.
Ia mengajak merenungi jasa para ulama atau kiai, tokoh pejuang yang telah merintis, mendirikan dan memperjuangkan NU yang menghasilkan buah karya yang tak ternilai harganya.
“Pada masa dan situasi yang sulit, rumit, pelik bahkan rawan bahaya, ulama-ulama dahulu tetap berjuang lii’la-i kalimatillah, demi agama nusa dan bangsa,” terangnya.
Sebagai kader NU, kata KH Chusnan, perlu meningkatkan ikhtiyar dan usaha secara proaktif membangun NU dengan peran dan harakah (gerakan) yang dinamis. NU Kudus, imbuhnya, memiliki lima gerakan (harakah) yang harus dilakukan warga NU yakni harakah penguatan faham Aswaja, gerakan penguatan jam’iyah (lembaga). Gerakan peningkatan SDM, pengamanan aset NU dan gerakan silaturrahim sebagai penguatan jaringan.
“Kelima harakah harus digerakkan bersama-sama komponen NU sehingga NU (Kudus) tetap eksis berkembang untuk membangun kepentingan umat,” tegasnya.
Diakhir refleksinya, KH Chusnan mengajak semua warga NU agar terus menerus bersabar menghadapi segala cobaan, meninggalkan perilaku yang salah, keliru dan kemaksiatan dengan berusaha memperbaiki amal perbuatan, perilaku dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Yang terakhir, mari kita melanjutkan perjuangan para pendiri NU dalam berjuang dengan semangat dan dedikasi yang kokoh, bermoral/akhlakul karimah pada posisi dan peran yang berbeda,” pungkasnya.
Peringatan tasyakuran Harlah ini biasanya diadakan malam 16 Rajab, namun karena berbarengan dengan Pilkada Kudus, acara diundur sehari malam 17 Rajab. Sebelum refleksi dari ketua PCNU Kudus itu, kegiatan dirangkai pembacaan maulid Nabi dan tahlil mendoakan para muassis dan ditutup dengan mauidhah hasanah oleh Rais Syuriyah PCNU KH Ulil Albab Arwani.
Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi yang dijadwalkan hadir, malam itu berhalangan. Tasyakuran yang dikemas sederhana ini dihadiri seluruh jajaran pengurus Cabang, Lajnah, lembaga, badan otonom dan MWC NU se Kudus.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor : Qomarul Adib