Jakarta, NU Online
Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar memberikan kiat menjaga taubat. Antara lain dengan bermuhasabah, evaluasi, atau introspeksi diri dari berbagai hal kesalahan, kelalaian, atau keteledoran yang telah dilalui.
Hal tersebut diungkapkan Kiai Marzuki saat mengkaji kitab Kifayatul Atqiya dalam ‘Kiswah Tokoh’ bertema ‘Taubat-taubat yang diterima Allah’. Acara yang berlokasi di Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang ini disiarkan melalui akun Youtube TV9 Official, Senin (12/7) sore.
Menurut dia, hal ini perlu dilakukan agar tidak terulang kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu mengintrospeksi atas semua napas, gerak-gerik, maupun diamnya diri setiap hari.
“Hingga tahu kesalahan yang terjadi, kemudian mengganti kesalahan dengan cara memperbaiki taubat dan istighfar. Sahabat Umar bin Khattab pernah berkata, ‘Introspeksilah dirimu sebelum kamu nanti akan diintrospeksi atau dihisab’,” ungkap Kiai Marzuki.
Ia mengungkapkan, pada hari kiamat nanti manusia akan dihadapkan dengan semua yang selama ini disembunyikan. Bahkan, tidak ada yang samar dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi. “Bersiaplah ketika di hadapan Allah,” tandasnya.
Menurut Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang itu, dalam kitab Ihya Ulumiddin dijelaskan, barangsiapa mengintrospeksi diri sebelum masanya maka hisabnya akan menjadi lebih ringan di hari kiamat.
“Introspeksi atau hisabnya nanti ketika ada pertanyaan maka jawabannya akan hadir dengan sendirinya dan menjadi terlihat baik, kembalinya kepada Allah,” terangnya.
Tujuh anggota badan
Kiai Marzuki menambahkan, cara menjaga taubat adalah dengan menjaga anggota tubuh yang berjumlah tujuh agar tidak berbuat maksiat. Yakni, perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan.
“Wajib menjaga anggota badan yang jumlahnya tujuh. Antara lain mata dari memandang sesuatu yang diharamkan. Karena memandang itu ibarat anak panah yang diracun. Salah satu racunnya adalah dari anak panah iblis terlaknat,” tuturnya.
Dalam acara yang diikuti oleh santriwan-santriwati Pesantren Sabilurrosyad Malang itu juga dijelaskan, pandangan mata akan mendorong pada munculnya pikiran negatif. Munculnya pikiran semacam itu yang akan mendorong pada perzinaan.
Kiai Marzuki juga menegaskan, mata akan mewariskan hati menjadi berpikir dan membayangkan, sehingga mata akan menyibukkan hati. Sedangkan hati dengan tetesan air mata akan mencegah untuk memandang-mandang.
“Dua hal itu saling berlawanan, yaitu mata dengan hati. Memandang tidak selamanya dilarang, juga tidak selamanya diperbolehkan,” tandas Kiai Marzuki.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori