Daerah

Lakut tidak Sekedar Indroktinasi dan Penguatan Ideologi

Senin, 7 Mei 2018 | 02:00 WIB

Lakut tidak Sekedar Indroktinasi dan Penguatan Ideologi

Kegiatan Lakut IPNU Jabar di Cirebon

Cirebon, NU online
Wakil Ketua Bidang Kaderisasi PW IPNU Jawa Barat Hasan Malawi menuturkan, ketika seorang kader sudah mengikuti Latihan Kader Utama (Lakut), maka statusnya sebagai kader sudah paripurna. Saat sudah paripurna itulah, maka harus bisa menjadi teladan.

“Teladan itu bukan hanya jadi ketua, tapi pemimpin. Beda. Kalau ketua, di ruang struktural, tapi kalau kepemimpinan berada di ruang lain yang lebih luas. Minimal bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri,” katanya.

Demikian diungkapkan saat ceramah dalam kegiatan Latihan Kader Utama (Lakut) yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah (PW) IPNU Jawa Barat, di Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Sabtu (5/5).

Menurutnya, IPNU sebagai kawah candradimuka terdapat banyak manfaat. IPNU akan menjadi sangat sempit kalau bertemunya hanya di ruang-ruang struktural. Namun, harus lebih diluaskan lagi.

“Gerakan pengetahuan yang digalakkan dalam proses Lakut nanti juga akan bisa menopang sejauhmana kader kita fokus mengembangkan potensi dirinya,” tambah pria kelahiran Cirebon tahun 1992 ini.

Di IPNU, lanjut Hasan, dengan jargon Belajar, Berjuang, Bertaqwa berarti mengawinkan ilmu agama dengan ilmu umum. Jadi, Lakut itu tidak hanya soal indoktrinasi dan penguatan ideologi. Melainkan juga soal bagaimana mendidik dan merawat kader hingga menemukan serta mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri.

Menempa Kader Utama, Menyiapkan Pemimpin Bangsa sebagai sebuah tema memiliki ruang garapan yang jelas. Alumni Lakut, Hasan melanjutkan, akan mampu menjadi pemimpin sehingga ke depannya ia akan terngiang bahwa apa yang dilakukan NU sangat luas sekali skalanya. Bukan mengurusi berbagai proyek yang ada, tetapi lebih jauh dari itu.

“Artinya semakin cepat pertumbuhan zaman, situasi, informasi, dan teknologi, kita juga harus bisa menyesuaikan kader-kader yang bisa menyesuaikan zaman,” ungkap Alumni Pondok Pesantren Cidahu, Pandeglang, Banten ini.
Ketua PW IPNU Jawa Barat masa khidmat 2011-2014 Acep Komarudin Hidayat Susanto bahwa dalam merawat kader perlu pendekatan emosional. Diperlukan sebuah kepekaan mengenai hal-hal yang disukai setiap kader.

“Ajak kader sering-sering ngopi dan nongkrong bareng. Kenali dan beri wadah bagi kesukaannya. Sehingga dia merasa nyaman dalam organisasi. Setelah itu, baru kita akan mengenali potensi seorang kader dan akan mengarahkan potensi itu ke arah yang lebih baik demi kemajuan organisasi,” kata Kang Acep, demikian ia akrab disapa, yang kini menjabat sebagai Wakil Sekretaris PW Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Barat.

Menurutnya, PW IPNU Jabar saat ini telah mengalami perbaikan perubahan yang signifikan. Terlihat dari tidak tersentralisasinya kegiatan-kegiatan di tingkat kepengurusan wilayah. Dengan begitu, maka kader di Jawa Barat akan tersebar di setiap kabupaten/kota yang ada. Bahkan hingga ke tingkat kecamatan, bahkan hingga tingkatan yang paling bawah.

“Jadi, jangan karena kantor PW IPNU Jabar itu di Bandung, semua kegiatan harus selalu di Bandung. Kita harus sering-sering menyapa kader dalam rangka merawat organisasi agar tetap sehat,” pungkas politisi muda ini.

Latihan Kader Utama dihadiri oleh 37 peserta yang mewakili 13 pengurus cabang, dari total 27 cabang se-Jawa Barat. Selain itu, hadir pula Ketua PW GP Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar, Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan sekaligus Mustasyar PCNU Kabupaten Cirebon KH Abdul Hayyi, dan Penulis Buku Agama NU untuk NKRI KH Ahmad Baso. (Aru Elgete/Muiz)


Terkait