Lesbumi NU Pekalongan Sebut Tradisi Syawalan Pererat Silaturahim
Senin, 1 Juni 2020 | 06:30 WIB
Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah Suryono mengatakan, tradisi Syawalan, yakni hari kedelapan bulan Syawal merupakan budaya yang telah berjalan turun temurun.
"Ini sangat luar biasa. Ketika selama sepekan masyarakat berkunjung ke sanak saudara, handai taulan, kerabat, dan tetangga, pada hari kedelapan masyarakat berkumpul dengan aneka menu makanan dan disantap bersama," ungkapnya kepada NU Online, Senin (1/6).
Dikatakan, meski saat ini tidak bisa dilakukan semeriah tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19, tak mengurangi semangat persaudaraan untuk mempererat silaturahim.
"Tahun ini rasanya sangat beda, tak semeriah tahun lalu. Pesta lopis raksasa di Kota Pekalongan dan gunungan megono di Kabupaten Pekalongan ditiadakan. Namun, berbagai kelompok masyarakat tetap mengadakan secara terbatas," ujarnya.
Dijelaskan, kegiatan yang berlangsung Ahad (31/5) merupakan tradisi nusantara yang menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia. Salah satunya adalah perayaan Syawalan yang jatuh pada hari kedelapan bulan Syawal setelah umat Islam melakukan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal.
"Tradisi Syawalan, warga Pekalongan Jawa Tengah menggelar lotisan atau rujak buah dan makan lontong lodeh bersama. Acara tahunan yang dilakukan ini untuk mempererat silaturahim antar warga," jelasnya.
Salah seorang warga, Saifuddin (40) mengatakan, mereka menikmati acara Syawalan dengan senang. Apalagi perayaan Syawalan yang dilakukan dengan makan bersama lontong lodeh dan lotisan atau rujak buah.
"Setelah puasa sunah Syawal, hari ke-7 warga shalat tasbih di mushala. Lalu, mereka menyiapkan makanan berupa lontong lodeh dan lotisan atau rujak buah," jelasnya.
Dijelaskan, untuk persiapan acara itu dilakukan oleh ibu-ibu, memasak aneka makanan ini seperti lontong, sayur lodeh, lauk, gorengan, urap, dan sambal. Warga juga menyiapkan buah untuk dijadikan lotis atau rujak buah dan minuman segar es sirup.
"Menu yang khusus dan wajib ada adalah lontong dengan sayur lodeh. Ini sebagai wujud syukur, saling memaafkan juga menjalin kebersamaan. Buah dibuat lotis atau rujak untuk mengembalikan kesegaran dan semangat warga setelah memasuki bulan Syawal agar bisa lebih baik lagi," jelas Saifudin.
Setelah semua siap, warga beramai-ramai menikmati aneka makanan yang enak, nikmat, dan juga segar tersebut.
"Acara Syawalan ini sangat bagus dan kita akan terus lestarikan. Sambil makan, bisa menjalin silaturahim dengan tetangga juga keluarga agar semakin akrab," pungkasnya.
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori