Daerah

Lima Wasiat Sultan Hadlirin

Selasa, 2 April 2013 | 18:03 WIB

Jepara, NU Online
KH Akhirin Ali, saat memaparkan sejarah perjuangan Sultan Hadlirin pada haul ke-479 di halaman masjid Astana desa Mantingan kecamatan Tahunan akhir bulan kemarin menyampaikan 5 wasiat dari suami Ratu Kalinyamat. Pertama, wani ngalah bakal luhur wekasane.
<>
Menurutnya putra kedua raja Muchayat Syah (Aceh) yang pernah didaulat menjadi raja menggantikan ayahanda dengan senang hati dilimpahkan kepada kakaknya Raden Takyin. Meski demikian, sebagai gantinya ia pernah menjadi raja di Jepara sehingga berjuluk Sultan Hadlirin—raja pendatang.
 
Kedua, ahlakul karimah dan saat memiliki ketrampilan tidak perlu dipamer-pamerkan. Ketiga, lanjut sesepuh desa Mantingan dadi anak raja kudu bisa macak ina. Hal itu tuturnya sesuai dengan saat Sultan terdampar di Bandar Jepara dan menyamar menjadi tukang sapu di kerajaan Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat tidak percaya dengan sosok pendatang tersebut dan setelah Sultan mengaku sebagai anak raja alhasil keduanya menikah. Hal itu sesuai prediksi ibunda Kalinyamat, ia bakal bersuami pendatang dan anak raja.

Keempat, masjid tempat untuk menyelesaikan segala urusan. Masjid Astana lanjut dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara merupakan bukti kanjeng Sultan saat mendapati masalah kemudian ke masjid untuk bermunajat kepada Allah SWT.

“Kelima Sultan Hadlirin sregep dzikir, mikir lan ora lali ngukir,” sebutnya kepada ribuan jamaah yang memadati masjid Astana.

Kelihaiannya dalam mengukir masih menurut kiai Akhirin tidak lepas dari jasa ayah angkatnya Cie Wie Gwan yang berhasil memperbaiki mahkota raja. “Dari sayembara itu patih Cie Wie Gwan menjadikan Sultan menjadi anak angkatnya,” imbuhnya.
 
Karenanya lanjut Akhirin berkat jasa mendiang Sultan Hadlirin profesi mengukir dan etos kerja warga masyarakat Jepara masih lestari hingga saat ini. 


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim


Terkait