Literasi Digital Penting agar Generasi Muda Tak Termakan Fitnah
Kamis, 18 Agustus 2022 | 11:30 WIB
Jakarta, NU Online
Media sosial telah menghubungkan semua kalangan dari berbagai belahan dunia. Dengan perantara teknologi digital, setiap warganet berpartisipasi dalam berbagai jenis hubungan dan berkolaborasi, hingga terciptalah etika standar baru di ruang digital.
Pemerhati Pendidikan Muhammad Thoat menyampaikan, bahwa dunia maya itu sama seperti dunia nyata juga. Namun bedanya, kapasitas pancaindra tidak mampu dan menggapai masuk ke sana. “Itulah kenapa pentingnya literasi digital yang saat ini kita ikuti agar kita tidak menyakiti ataupun termakan fitnah dan berita yang tidak jelas di luar sana," katanya dalam acara Sosialisasi Literasi Digital "Pelajar Milenial Melek Digital" pada Senin (15/08/2022).
“Literasi digital yang saat ini dilaksanakan oleh LP Ma'arif NU PBNU adalah bentuk ikhtiar agar generasi yang akan datang menjadi lebih cakap digital dan mampu bersaing bukan hanya di tingkat nasional, namun bahkan sampai tingkat internasional,” imbuh Thoat.
Sebagai informasi, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 73.7 persen dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
“80.1 persen pengguna internet di Indonesia mengakses internet untuk mencari informasi, dan 72,9 persen berikutnya terbiasa mencari ide baru dan inspirasi di ruang digital. Ini habitat masyarakat yang perlu dibentuk agar tercipta ekosistem yang produktif dengan penguatan literasi digital yang mumpuni," kata LP Maarif NU PBNU, Wachid Ervanto saat mengisi sosialisasi Literasi Digital dengan tema Jaga Etika Saat Interaksi di Dunia Maya, Senin (15/8/2022). Seminar terselenggara atas kerja sama Kominfo, dan LP Ma'arif PBNU di Kudus, Jawa Tengah.
Konsekuensi dari meningkatnya jumlah pengguna media elektronik dalam mengakses informasi, lanjut Wachid seringkali menimbulkan persoalan di ranah aspek kehidupan pada era digital saat ini. Maka dari itu, dalam mengakses serta memperoleh suatu informasi harus lebih selektif agar kebenaran suatu informasi dapat dipertanggungjawabkan.
“Dulu seorang siswa, misalnya, menjadikan guru sebagai satu satunya sumber informasi terutama yang berkaitan dengan pembelajaran, tapi saat ini peserta didik dapat mengakses informasi kapanpun dan dari manapun, dan guru hendaknya berperan mendampingi sebagai penyuplai referensi pembandingnya,” terangnya.
Saat menyinggung media sosial, Wachid mengatakan media sosial diharapkan menjadi ruang yang tidak hanya untuk mengobrol, tetapi juga untuk belajar. Penting bagi kita untuk mengaplikasikan nilai gotong royong ala Indonesia di sosial media melalui penggunaan investasi keilmuan, pendampingan yang membangun impact terhadap masyarakat. Dan akhirnya terbangun mental model untuk berlomba berbagi manfaat dan dampak, fastabiqul khairat,” tutupnya .
Adapun Praktisi Pendidikan H Muktafi menyampaikan, bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi yang luar biasa besar. Hal ini harus dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah agar menyiapkan generasi produktif yang mumpuni dalam soft skill dan paham digital.
“Agar tidak menjadi boomerang bagi Pemerintah, literasi digital yang dilaksanakan LP Ma'arif NU PBNU ini, adalah langkah awal Pemerintah untuk menyiapkan bonus demografi tersebut,” pungkas Muktafi.
Editor: Syakir NF