Madrasah di Buntet Pesantren Mulai Pembelajaran Tatap Muka dengan Protokol Kesehatan
Sabtu, 24 Oktober 2020 | 12:45 WIB
Cirebon, NU Online
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Putra 1 Buntet Pesantren telah membuka pembelajaran secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat pada Sabtu (24/10).
Pembelajaran tatap muka ini masih diterapkan secara bertahap dan sangat terbatas. Artinya, sebagian besar pembelajaran masih dilakukan secara daring.
"Sebetulnya KBM tatap muka belum dilaksanakan 100 persen, kita masih melaksanakan KBM dengan cara kombinasi antara daring dan luring," kata KH Ahmad Syauqi, Kepala MTs NU Putra 1 Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat kepada NU Online.
Pembukaan pembelajaran secara tatap muka ini, menurutnya, berdasakan kesepakatan bersama madrasah di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren dan arahan dari kepala daerah yang membolehkan KBM tatap muka di daerah yang sudah dikategorikan sebagai zona hijau.
"Dan, Kecamatan Astanajapura termasuk zona hijau, tentunya dengan teknis tertentu dan melaksananakan protokol kesehatan," katanya.
Kiai Ugi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa para siswa bergilir sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Satu kelas biasa dibagi menjadi dua rombongan belajar dan pembelajaran hanya dilaksanakan selama dua jam.
"Dengan ketentuan protokol kesehatan, perkelas dibatasi jumlah siswanya, tidak menggunakan seragam dan pembelajaran hanya 2 jam," ujar kiai yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LBM PCNU) Kabupaten Cirebon itu.
Ia melihat antusiasme siswa dan guru dalam mengikuti KBM tatap muka di hari pertama sangat tinggi. Karenanya, ia berharap hal ini dapat berjalan dengan baik dan lancar seterusnya.
"Semoga dapat berjalan seterusnya dan ini menambah optimisme saya sebagai kepala madrasah," pungkasnya.
Sementara itu, Muhammad Aziz Sya'bani, siswa Kelas IX D1 MTs NU Putra 1, mengaku belum bisa menikmati pembelajaran secara tatap muka. Pasalnya, ia belum bisa banyak berinteraksi dengan teman-temannya karena harus memenuhi protokol kesehatan.
"Gak sebanyak dulu temannya. Sebangku satu orang biasanya dua atau tiga orang," ujar siswa yang pernah menjadi Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) itu.
Berangkat dari pondoknya, ia tidak mengenakan seragam tetapi tetap sopan, berpeci, berkemeja, dengan celana panjang. Tentu, masker yang dianjurkan selalu menutupi mulut dan hidungnya. Ia pun hanya membawa tiga buku pelajaran dan pulpen tanpa tas, sebagaimana yang dianjurkan madrasah.
Saat memasuki gedung madrasah, ia pun langsung mencuci tangannya guna memastikan kebersihannya agar tidak terjadi penularan.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan