Mahali, Santri Asal Brebes Jual Jamur Crispy Tembus ke Hongkong
Kamis, 22 Oktober 2020 | 02:00 WIB
Brebes, NU Online
Pernah dengar idiom bagai jamur di musim hujan? Yah, jamur telah menjadi menu kuliner yang digandrungi masyarakat Indonesia. Itulah yang tengah digeluti Kang Mahali, santri yang kini menekuni budidaya jamur hingga menembus ke Hongkong.
Dia merangkak dari pembibitan, memproduksi, hingga mengelola market dari bakal jamur, sate jamur dan Jamur Crispy. Meskipun awalnya, santri Anidhom Nurul Hudha Brebes itu harus jatuh bangun dan mengalami kegagalan dengan kerugian yang besar. Namun kegagalan tersebut justru membuatnya terlecut untuk terus menekuni budidaya jamur.
“Awalnya, saya gagal beberapa kali dalam budidaya jamur ini,” ungkap Mahali mengawali perbincangan dengan NU Online di rumah produksinya, di RT 04/RW IV Desa Dukuhtengah, Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah Rabu (21/10).
Mahali yang lahir di Brebes 8 April 1978 itu berkeyakinan, tantangan apapun harus dilalui untuk mencapai tujuan. Termasuk dalam bisnis pembudidayaan jamur, dia gigih untuk bisa sukses.
"Kebutuhan jamur sebagai makanan ringan dan sayur sangat dibutuhkan masyarakat, terutama di wilayah Kecamatan Ketanggungan," ungkapnya.
Menurutnya, kebutuhan jamur di Pasar Ketanggungan ternyata dipasok dari Purwokerto dan Kuningan Jawa Barat. Jadi, sesampainya di pasar Ketanggungan sudah layu. Membaca peluang yang prospek, Mahali pun akhirnya fokus budidaya jamur untuk memasok kebutuhan jamur di daerahnya.
“Saya berusaha memenuhi kebutuhan Jamur untuk Ketanggungan, dan Alhamdulillah lancar,” ungkap suami dari Nur Utami.
Sebagai Santri, Mahali masuk pesantren di Pesantren Anidhom Nurul Huda Gamprit Brebes sejak kelas 1 SMA 1 Brebes. Sedangkan ketrampilan budidaya jamur, dia dapatkan ketika mondok di pesantren Rianatutholibin Majenang Cilacap.
"Saat itu, saya menjadi utusan pondok untuk mengikuti pelatihan budidaya jamur di Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto pada tahun 2000. Belum sempat saya kembangkan di pondok keburu pindah ke Pesantren Al-Fadlu Kaliwungu Kendal untuk mempelajari ilmu Alat selama 2000-2003," jelasnya.
Berikutnya, dirinya pindah ke Pesantren Al-Hidayah Cisantri, Pandeglang Banten 2003-2005. Selepas mondok, barulah Mahali mencoba-coba menerapkan ilmu budidaya jamur di rumahnya Desa Dukuhbadag, Ketanggungan sembari mengamalkan ilmu nyantrinya di MI Tarbiyatul Sibyan di desanya.
“Karena saya coba-coba dan kurang fokus serta cuaca dan suhu yang kurang mendukung, maka selalu mengalami kegagalan,” ungkap ayah dua anak ini.
Tak patah arang, Mahali mencari ilmu lewat Youtube, Facebook, dan tutorial dengan teman-teman FB serta berkunjung langsung ke rumah produksi sejawatnya.Kang Ali, demikian sapaan akrabnya, akhirnya membeli Log atau media tanam jamur serta bibit jamurnya.
Lambat laun, dia pun bisa membuat sendiri Log dengan dibantu lima orang pekerja yang diambil dari pemuda desa setempat. Dalam sehari, Ali bisa memproduksi Log 200 buah per hari secara manual. Sedangkan bila pakai mesin bisa menghasilkan Log 700 buah per hari.
“Di tempat ini, menampung 8000 buah Log. Setiap 1 Log, bisa menghasilkan jamur 3 ons,” ungkap Kang Ali.
Bahan baku berupa limbah serbuk gergajian kayu dia dapatkan dari Pemalang. “Kalau di sini ada, ya saya ambil bahan baku tersebut yang penting kayu yang tidak mengandung getah,” tuturnya.
Dari budidaya jamur yang digeluti Mahali, dibuat Jamur Crispy dan Sate Jamur. Bila panen melimpah, maka dipasarkan di pasar Ketanggungan. Panen Jamur bisa setiap hari, tetapi untuk pembuatan Crispy setiap tiga hari sekali.
Jamur Crispy yang di produksi Ali diberi nama Si Mantap dengan beraneka rasa, di antaranya rasa original, balado, barbeque, jagung manis, dan pedas. Jamur Crispy dia pasarkan di toko-toko, kantin, koperasi dan resaller melalui media sosial.
“Bahkan reseller dari Hongkong juga pesan ke sini,” ungkapnya dengan senyum gembira.
Untuk pengembangan, Mahali akan menggandeng adik-adik santri, anggota Ansor, dan IPNU-IPPNU untuk membuat budidaya jamur. Dia bertekad, akan mencurahkan kemampuan ilmu dan tenaganya kepada para santri.
Kontributor: Wasdiun
Editor: Abdul Muiz