Bireuen, NU Online
Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen, Aceh melaksanakan pembekalan (coaching) mahasiswa tentang Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM), Ahad, (17/11). Kegiatan yang dilaksanakan di aula kampus setempat tersebut mengangkat tema ‘KPM sebagai Wujud Kepedulian Kampus terhadap Masyarakat’.
Ketua Panitia Tgk T Faizin, menjelaskan pembekalan KPM tahun ini dilaksanakan selama seharian sejak dari pagi hingga bakda Asar dengan jumlah mahasiswa 440 orang.
“Mahasiswa KPM akan ditempatkan dalam wilayah Kabupaten Bireuen di kecamata yang telah ditentukan panitia dan mahasiswa akan melaksanakan pengabdian selama beberapa bulan di gampong dan tempat yang telah ditentukan,” kata pria yang juga Ketua LPPM IAIA Samalanga kepada NU Online.
Rektor IAIA Samalanga Tgk Muntasir A Kadir dalam pembukan acara berharap KPM dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan setiap ada permasalahan di lapangan diselesaikan dengan bijak dan penuh pertimbangan.
“Mahasiwa KPM harus serius dalam melaksanakan pengabdian, juga kehadirannya mampu memberi kontribusi. Dan apabila ada masalah harus diselesaikan dengan penuh kebijaksanaan dan memperhatikan keatifan lokal setempat,” katanya.
Dalam pandangan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bireuen ini, keberadaan KPM merupakan bagian dari perkuliahan.
“Dengan demikian, diharapkan mahasiswa mampu menyelesaikan studinya tepat waktu dan setelah menjadi sarjana nantinya mampu menyesuaikan diri dengan era industri 4.0,” ungkapnya di hadapan ratusan mahasiswa KPM.
Perbekalan KPM tahun ini menghadirkan dua orang pemateri yaitu Tgk Marzuki Abdullah selaku Warek I IAIA Samalanga dengan materi ‘Misi KPM IAIA Al- Aziziyah dan Format Pelaporan KPM’. Sedang Tgk Mujiburrahman sebagai Dekan Tarbiyah menyampaikan materi dengan tema ‘KPM Berbasis PAR’.
Sementara itu Humas IAIA Samalanga Tgk Riandi Syafri berharap sangat kepada peserta KPM agar dapat berbaur dengan masyarakat dan terlibat lansung dalam kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan seperti gotong royong. Juga kegiatan percepatan program desa baik fisik maupun sistem data digital sebagaimana direncanakan pemerintah pusat melalui program desa digital (DeDi).
Menurutnya, KPM sangat penting mengingat setelah mendalami ilmu serta teori di kampus, diharapkan bisa dipraktikkan ke masyarakat.
“Juga mengetahui perkembangan sosiologi dan antropologi di daerah yang ditempatkan dan kami berharap para mahasiswa KPM mampu melihat dan bagaimana mengimplemtasikan potensi kearifan lokal itu menjadi salah satu kekuatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia,” pinta doktor muda yang juga guru senior DJA Batee Iliek itu.
Kontributor: Bang Helmi
Editor: Ibnu Nawawi