Daerah

Matan UIN Sunan Kalijaga Fokus Sosialisasi dan Kaderisasi

Senin, 22 Mei 2017 | 13:29 WIB

Yogyakarta, NU Online
Mahasiswa Ahlit Thariqoh al Mu’tabaroh al Nahdhiyah (Matan) komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar rapat kerja di Pendopo Pancasila Kotagedhe, Yogyakarta Ahad, (14/5) kemarin. Sebelumnya, Matan Komsat UIN Suka dilantik pada 12 Maret oleh KH Hamdani Mu’in, Ketua Matan Pusat di Teatrikal Perpustakaan UIN Suka Yogyakarta.

Matan Komsat UIN Suka yang diketuai oleh Risky Aviv Nugroho menitikberatkan program kerjanya pada pengkaderan. Bidikan ini sungguh sangat beralasan mengingat eksistensi Matan di Yogyakarta yang belum begitu familiar baik di kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum. 

“Program kerja kami fokuskan pada pengkaderan. Sebab di sini (UIN Suka) Matan belum begitu dikenal. Jadi perlu adanya sosialisasi secara intens serta kaderisasi untuk membentuk kader Matan yang nasionalis,” ujar Risky.

Dalam raker itu hadir pula ketua kader penggerak Nahdlatul Ulama MWCNU Gembong, Maulana Luthfi Karim. Menurut Maulana yang juga menjabat sebagai koordinator informasi Matan UIN Suka menegaskan bahwa para pemuda khsususnya mahasiswa memerlukan wadah seperti Matan untuk menanggulangi radikalisme.

“Matan bukan hanya ngurusi thoriqoh dan wirid saja. Matan juga fokus soal nasionalisme. Maka, saya rasa Matan sangat relevan untuk membasmi pemikiran-pemikiran naif yang anti-NKRI,” gagas Maulana saat ditemui pascaraker.

Matan sendiri merupakan organisasi yang digagas langsung oleh Rais Jatman, al Habib Luthfi bin Yahya di Pekalongan 2009 silam. Bersama dengan Dr Hamdani Mu’in, KH Dimyati Ra’is serta beberapa mahasiswa lain, Habib Luthfi mengutarakan gagasannya untuk membuat Matan.  Akhirnya pada Muktamar XI Jatman di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada Januari 2012, Habib Luthfi mendeklarasikan Matan sebagai organisasi resmi di bawah Jatman. 

Tujuan utama Matan termaktub dalam sembilan misi  matan yang fokus pada titik-titik esensial di Indonesia. Inti dari misi tersebut adalah memberikan nutrisi hati sekaligus nutrisi nasionalisme. Selain itu keistimewaan Matan terletak pada pergerakan nasionalismenya yang tidak terikat dengan politik praktis. Inilah akhirnya yang menjadi daya tarik bagi mahasiswa. 

“Kenapa harus ikut Matan? Jujur saya ikut Matan karena Matan tidak terikat dengan kepentingan politik,” ujar Dewi salah satu kader Matan

“Matan membendung aksi radikalisme yang marak di mahasiswa. Secara pribadi, saya memilih Matan untuk membentengi diri sendiri agar terhindar dari paham-paham (radikal) itu,” kata Izzah, kader militan Matan lainnya.

Walhasil rapat kerja yang berlangsung dari pukul 08.00-13.00 menghasilkan program-program progresif, di antaranya melakukan sosialisasi dan kaderisasi secara masif melalui pemanfaatan media-media yang ada serta melakukan penguatan ‘aqidah’ cinta NKRI dan cinta Pancasila. (Nur Rokhim/Mukafi Niam)


Terkait