Salah satu tinggalan almaghfurlah Kiai Maimoen Zubair selain putra putrinya yang shalih shalihah, yakni pesantren dengan nama 'Al-Anwar' yang didirikan tahun 1967 beserta 10 ribu santriwan-santriwati.
Salah seorang santri Gus Umam yang juga adik dari Gus Bahaudin kepada NU Online, Rabu (7/8) mengatakan, Mbah Moen sudah anyak melahirkan ulama-ulama muda dan santri yang berhasil karena ikut nyantri dalam pesantren yang kerap dikunjungi para pejabat di negeri ini.
"Mbah Moen dianugerahi 10 putra dari tiga kali pernikahannya. Almarhum menikah tiga kali karena istri pertama dan keduannya meninggal dunia," jelasnya.
Dikatakan, istri pertama bernama Nyai Hj Fahima Baidhowi, yang merupakan putri dari KH Baidhowi Lasem Rembang. Dari pernikahannya, keduannya dikaruniai dua putra dan satu putri, masing-masing KH Abdullah Ubab (Gus Ubab), KH Muhammad Najih (Gus Najih), dan Nyai Hajah Shobihah (Neng Shobihah)
"Dari istri kedua, yakni Nyai Hj Mastiah, Mbah Moen dikaruniai 6 putra dan satu putri, masing-masing KH Majid Kamil (Gus Kamil), KH Abdul Goffur (Gus Ghofur), dan KH Abdul Rouf (Gus Rouf). Kemudian KH Muhammad Wafi ( Gus Wafi ), Nyai Hj Rodhiah (Neng Yah), KH Taj Yasin (Gus Yasin, dan KH Muhammad Idror (Gus Idror).
"Setelah istri pertama dan kedua wafat lebih dulu, Mbah Moen kembali menikah dengan istri ketiganya yaitu Ibu Nyai Hj Heni Maryam putri dari salah satu ulama dari Kabupaten Kudus. Dari pernikahan ini tidak dikaruniayai keturunan," imbuhnya.
Menurut Gus Umam, dalam hal agama 10 penerus KH Maimoen Zubair sangat mumpuni. Bersama dengan mereka, Mbah Moen mengembangkan Pesantren Al-Anwar 1, 2,3, dan 4. Pesantren 1 di asuh KH Maimoen Zubair sendiri sampai wafat. Pesantren ini berlokasi di Desa Karang Mangu, Kecamatan Sarang.
Yang membedakan pesantren keempatnya adalah Al-Anwar 1 murni pendidikan salaf, diasuh oleh KH Maimoen Zubair hingga akhir hayat. Al-Anwar 2 ada pendidikan salaf dan formal, ada MI, MTs, yang dikelola KH Abdullah Ubab berdiri sekitar tahun 2003.
Saat ini ada sekitar 10 ribu santriwan-santriwati yang masih mondok di empat Pesantren Al-Anwar. Sepeninggal Mbah Moen para santri diasuh oleh putra-putra Mbah Moen, sedangkan santri putri diasuh oleh Ibu Nyai Hj Heni Maryam dibantu menantu-menantunya.
Gus Umam orang yang sering mendampingi Mbah Moen ketika bebergian di acara penting itu menjelaskan, ke delapan putra Mbah Moen semuanya diminta menetap di Sarang Rembang, untuk meneruskan mengelola pondok yang terus mengalami kemajuan.