Suasana ‘Doa Bersama Lintas Agama untuk 7 Hari Wafatnya KH Maimoen Zubair’ di aula FH Univesitas Jember, Senin (12/8) malam.
Jember, NU Online
KH Maimoen Zubair merupakan sosok yang mampu menjadi pengayom semua kalangan. Pikiran-pikirannya yang elegan, ceramah-ceramahnya yang menyejukkan, dan toleransinya yang tinggi menjadikan pilar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) semakin kokoh.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember, H Nurul Ghufron saat memberikan sambutan dalam Doa Bersama Lintas Agama untuk 7 Hari Wafatnya KH Maimoen Zubair di aula FH Univesitas Jember, Senin (12/8) malam.
Menurutnya, dengan profil dan peran tersebut, Mbah Maimoen, sapaan akrabnya, sesungguhnya adalah jangkar bagi tegaknya NKRI. Ia adalah satu dari sedikit tokoh yang menjadi perekat persatuan Indonesia.
“Beliaulah perekat NKRI setelah GuS Dur,” jelasnya.
Kondisi Indonesia yang terdiri dari ratusan suku, budaya, bahkan multi agama, memang membutuhkan perekat. Tujuannya agar Indonesia tetap utuh. Kenyataannya belakangan ini ancaman perpecahan Indonesia kerap muncul seiring dengan kian mengkristalnya gerakan radikal. Mereka mengusung issu agama sebagai bahan propanganda.
“Kita tentu tidak ingin seperti Suriah, Libya dan sebagainya yang kondisinya sangat mengerikan,” jelas H Ghufron.
Ketua Mahasiswa Ahli Thoriqoh Annahdyiyah (MATAN) Cabang Jember itu mengungkapkan bahwa Suriah dulu adalah negara yang super damai dan aman. Setidaknya, kedamaian dan keamanan tersebut pernah ia alami saat melakukan kunjungan ke negara tersebut (2005). Katanya, di sekitar tempatnya menginap, mobil terparkir tanpa dikunci pintu. Pemandagan seperti itu juga biasa terjadi di tempat-tempat lain di Suriah.
“Itu gambaran dulu betapa amannya Suriah, penduduknya tenang dan damai. Tapi sekarang, kondisinya mengerikan. Kenapa? Karena tokoh-tokohnya tidak bisa bersatu,” urainya.
H Ghufron berharap agar generasi muda mampu mewarisi figur Mbah Moen dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebab kedepan dan sampai kapanpun, NKRI memang harus selalu dijaga keutuhannya karena banyak pihak yang berkepentingan dengan bekeping-kepingnya Indonesia.
“Semoga anak-anak mahasiswa ini kelak dapat makin merekatkan indonesia, bukan malah mencerai-beraikan,” pungkasnya.
Doa bersama tersebut diinisiasi oleh beragam oganisasi kepemudaan lintas agama seperti IPNU-IPPNU, Forum Sila Emas, Peace Leader Indonesia, NU Back Packer, dan AZKA. Yang hadir juga generasi muda lintas agama, baik dari kalangan mahasiswa maupun aktifis.
Pewarta : Aryudi AR