Daerah

Muslimat NU Harus Sehat dan Terstruktur

Selasa, 27 September 2005 | 05:02 WIB

Bandung, NU Online
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di masa mendatang harus sehat secara struktur dan kultur, sehiingga Muslimat NU sebagai Badan Otonom NU mampu melahirkan banyak generasi. Jangan sampai ada kepengurusan Muslimat NU yang terlalu lama, karena generasi dibelakangnya seperti Fatayat akan memasuki dan menggantinya beberapa kepengurusan di tubuh Muslimat. Demikian juga kebawahnya, Fatayat, IPPNU, GP Ansor dan IPNU.

Harapan tersebut diungkapkan Sekertaris PWNU Jawa Barat Drs. H. Didin Wahidin, M. Pd. Saat memberikan sambutan atas nama Ketua PWNU Jawa Barat KH. Sofyan Yahya, MA, di Gedung PKK Jawa Barat Jl. Soekarno Hatta Bandung, pada hari Sabtu 24 September 2005.

<>

Ia berharap, adanya upaya melahirkan generasi Muslimat-Muslimat NU yang banyak dan berkualitas melalui pengkaderan yang baik. Untuk mencapai tujuan itu, menurut beliau yang juga Dekan FKIP UNINUS Bandung, Ibu-Ibu Muslimat haurs menanamkan faham dan nilai-nilai ahlus sunnah wal jama’ah kepada putra-putrinya. Misalkan setiap malam Jum’ah, disunnahkan ngaji bersama, tahlilan, shalawatan, deba-an, manaqib, dll.

Kepada mereka juga, kalau dia perempuan untuk dididik menjadi IPPNU, Fatayat dan Muslimat. Kalu dia laki-laki didiklah dia agar kelak menjadi generasi NU dan aktif di IPNU, GP Ansor, atau bahkan sampai kepengurusan  NU.

Menurutnya, perlu adanya komunikasi pengurus atau silaturahmi antar pengurus di setiap tingkatan agar terciptanya kekompakan dalam berbagai hal dan setiap saat. “Jangan sampai kumpul dan kompaknya saat pemilu atau pilkada saja. Sebagai warga NU harus menjalin silaturrahmi dengan siapa saja apalagi dalam satu organisasi. Jangan sampai bercerai berai dan pertengkaran karena hal demikian akan menyebabkan jiwa gentar dan hilangnya kekuatan,” tandasnya.

Kedekatan dengan seseorang dinilainya jangan karena dia sama satu ideologi kepada salah satu parpol. Boleh saja bersemangat dalam pemilu atau pilkada, tapi itu jagnan menyebabkan terjadi permusuhan yang mengabaikan tugas khidmat kepada NU.

“Oleh karena itu, kita harus menghindari pertautan NU dengan politik praktis. Telah sangat disadari, karena langkah tersebut akan menghabiskan tenaga atau energi, sehingga secara lambat laun justru akan mengabaikan peranan NU dalam memberdayakan warganya atau akan mengabaikan tugas kita untuk menjaga keutuhan dan kekuatan Jam’iyyah Nahdalatul Ulama,” imbuhnya.

Didin menegaskan pemisahan NU dengan kegiatan politik tersebut sebagiamana pesan Rais “Aam PBNU KH Sahal Mahfudh, yakni agar seluruh Pengurus Besar NU di semua tingkatan harus memisahkan diri dari berbagai kegiatan politik dan harus bersungguh berkhidmat kepada para Ulama di Jam’iyyah Nahdaltul Ulama terkecuali kalau tidak jadi pngurus dan tidak membawa bendera NU untuk kepentingan salah satu parpol.

Kontributor Bandung: Udin


Terkait